Berita Internasional

Siapa Pemuda Bernama Nahel yang Kematiannya Bikin Prancis Rusuh? Ini Kisahnya

Siapa pemuda bernama Nahel berusia 17 tahun yang kematiannya memicu masyarakat Prancis marah?

|
AFP/Christophe Simon
Para pengunjuk rasa bentrok dengan polisi anti huru hara CRS di Porte d'Aix di Marseille, Perancis selatan pada 30 Juni 2023, terkait penembakan seorang pengemudi remaja oleh polisi Perancis di pinggiran kota Paris pada 27 Juni 2023. 

Dia telah memberikan ciuman besar kepada ibunya sebelum dia pergi bekerja, dengan kata-kata "Aku mencintaimu, Bu".

Nahel telah menghabiskan tiga tahun terakhir bermain untuk klub rugby Pirates of Nanterre.

Baca juga: Kabupaten Bantul Tak Keluarkan Status Tanggap Darurat Bencana Pasca Gempa

Dia telah menjadi bagian dari program integrasi untuk remaja yang berjuang di sekolah, dijalankan oleh sebuah asosiasi bernama Ovale Citoyen.

Program tersebut bertujuan untuk mengajak orang-orang dari daerah tertinggal untuk magang dan Nahel sedang belajar menjadi tukang listrik.

Presiden Ovale Citoyen Jeff Puech adalah salah satu orang dewasa setempat yang paling mengenalnya.

Dia telah melihatnya beberapa hari yang lalu dan berbicara tentang anak yang menggunakan rugby untuk bertahan hidup.

"Dia adalah seseorang yang memiliki keinginan untuk menyesuaikan diri secara sosial dan profesional, bukan anak yang berurusan dengan narkoba atau mendapat kesenangan dari kejahatan remaja," kata Puech kepada Le Parisien.

Dia memuji sikap teladan remaja itu, jauh dari pembunuhan karakter tidak menyenangkan yang dilukiskan di media sosial.

Dia telah mengenal Nahel ketika dia tinggal bersama ibunya di Vieux-Pont pinggiran kota Nanterre sebelum mereka pindah ke perkebunan Pablo Picasso.

Tak lama setelah kematiannya, seorang petugas ambulans, Marouane, melancarkan omelan terhadap seorang petugas polisi, kemudian menjelaskan bahwa dia mengenal bocah itu seolah-olah dia adalah adik laki-lakinya.

Dia telah melihatnya tumbuh sebagai anak yang baik hati dan penolong.

"Dia tidak pernah mengangkat tangan kepada siapa pun dan dia tidak pernah melakukan kekerasan," katanya kepada wartawan.

Ibunya percaya petugas polisi yang menembaknya melihat wajah Arab, seorang anak kecil, dan ingin mengambil nyawanya.

Dia mengatakan kepada France 5 TV bahwa dia hanya menyalahkan satu orang yang melepaskan tembakan, bukan polisi.

“Saya punya teman yang merupakan petugas, mereka bersama saya dengan sepenuh hati,” kata ibunya.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved