Mengenal Sifilis, The Great Imitator, Penyakit Menular Seksual Tidak Bergejala tapi Bisa Mematikan

Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY Setyarini Hestu Lestari mengatakan, di tahun 2020 tercatat hanya ada 67 kasus sifilis

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/Ardhike Indah
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin dari Departemen Dermatologi dan Venereologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Satiti Retno Pudjiati, Sp.KK(K) ketika ditemui Tribun Jogja di Mydervia Dermatology Clinic, Gejayan, Condongcatur, Sleman beberapa waktu lalu 

Sifilis awal itu stadium 1, biasanya ada luka. Lukanya dimana? Ya tergantung kontak dan penularan lewat apa. Misalnya, oral seks, maka lukanya bisa di mulut. Kalau kontak seksual lewat kelamin, ya di kelamin. Kalau di anus ya di anus.

Sayangnya, lukanya ini tidak sakit dan bisa sembuh spontan. Nah, kalau lukanya menutup, maka orang kan kadang sudah tidak mau ke dokter.

Padahal, sembuh itu belum tentu bakteri Treponema pallidum, penyebab sifilisnya mati. Bakteri itu bisa masuk ke darah, menyebar kemana-mana.

Ketika bakteri ini sudah menyebar kemana-mana, maka disebutnya sifilis sekunder. Jadi the great imitator tadi.

Paling gampang, kita lihat, kalau ada bercak di telapak tangan, telapak kaki dan itu tidak sembuh, bercaknya tidak gatal, tidak sakit, maka harus segera berpikir, apakah ini adalah peringatan bahwa tubuh kena sifilis.

Gejalanya juga kelihatan ada pitak-pitak kecil di kepala, jerawatan di punggung, dikiranya jerawatan saja, tapi ternyata sifilis. Ada bercak itu juga disertai sisik. Mirip dengan penyakit kulit yang lain.

Sebaiknya, dalam kondisi tidak pernah sakit kulit, dan tiba-tiba ada kelainan kulit aneh, yang tadinya tidak pernah ada, tiba-tiba ada, dioles salep tidak sembuh, ya coba berkaca dulu pernah melakukan perilaku apa, berisiko terkena penyakit menular seksual atau tidak.

Artinya, sifilis ini bukan penyakit murni saja karena dia sebenarnya sistemik, mengenai organ lain, menyebabkan kematian.

Tapi bisa disembuhkan, kan dok?

Bisa, tapi jangan tunggu parah. Bakteri itu mati dengan antibiotik kalau ditemukan masih di stadium awal. Sekali suntik saja beres, sebenarnya. Kalau teman-teman Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), ya bisa tiga kali suntik karena imunnya kurang bagus.

Untuk stadium lanjut, sebenarnya juga bisa disuntik, tiga kali suntikan mungkin. Asal, jangan menunggu cacat.

Bakteri sifilisnya mati, tapi kalau sudah cacat kan tidak kembali. Bakteri ini bisa mengenai organ lain, misal mata, ginjal, jantung dan otak.

Kalau ibu hamil positif sifilis, harus segera ditangani agar tidak menular ke anaknya karena penyebaran bakteri ini kan lewat darah.

Kalau ibu hamil, apakah wajib periksa sifilis?

Bukan wajib, tapi demi kesehatan, lebih baik menyadari untuk memeriksakan diri. Disebut wajib ya tidak. Misalnya, kalau dokter merekomendasikan agar pasien memeriksa darah, maka pasien boleh menolak.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved