Sumbu Filosofi Yogyakarta

Kisah Raja Yogyakarta: Episode Sri Sultan Hamengku Buwono III, Ayah Pangeran Diponegoro

Inilah kisah perjalanan hidup Sri Sultan Hamengku Buwono III, ayah dari Pangeran Diponengoro.

DOK. Kraton Jogja
Kisah Raja Yogyakarta: Episode Sri Sultan Hamengku Buwono III, Ayah Pangeran Diponegoro 

Desember 1810

Ketika Sri Sultan Hamengku Buwono III genap berusia 41 tahun, yakni pada Desember 1810, terjadi manuver pasukan Belanda ke Keraton Yogyakarta.

Manuver Belanda tersebut merupakan buntut perseteruan antara Sri Sultan Hamengku Buwono II (ayah Sri Sultan Hamengku Buwono III) dengan Letnan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels. 

Sebagai informasi, mengutip Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), manuver adalah gerakan yang tangkas dan cepat dari pasukan dalam perang atau latihan perang-perangan oleh militer.

Akibat dari perseteruan tersebut, Sri Sultan Hamengku Buwono Il dilengserkan dari jabatannya sebagai Raja Yogyakarta.

Kolonial Belanda membuat Sri Sultan Hamengku Buwono II lengser dari takhta.

Kemudian, RM Surojo diangkat sebagai regent atau wakil Raja. Ia pun lantas bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono III.

Di sisi lain, Sri Sultan Hamengku Buwono II masih tetap diizinkan untuk tinggal di dalam keraton dengan sebutan Sultan Sepuh.

Baca juga: Sejarah Keraton Yogyakarta, Histori Sejak Perjanjian Giyanti 1755 sampai Kemerdekaan RI 1945

Baca juga: Inilah 6 Dapur atau Pawon Keraton Yogyakarta, Tempat Membuat Makanan dan Minuman Sultan

Desember 1811

Sri Sultan Hamengku Buwono III
Sri Sultan Hamengku Buwono III (DOK. Kraton Jogja)

Nyaris setahun kemudian, tepatnya 28 Desember 1811, Sri Sultan Hamengku Buwonmo III lengser dari takhta.

Kemudian, Sri Sultan Hamengku Buwono II kembali naik tahta.

Saat itu, tentara Inggris berhasil mengalahkan bala tentara Belanda dan merebut tanah Jawa.

Pada kurun waktu tersebut, Pangeran Notokusumo, adik dari Sri Sultan Hamengku Buwono II (dari ibu yang berbeda) bertindak sebagai mediator antara Sri Sultan Hamengku Buwono II dengan pihak Inggris.

Di kemudian hari, Pangeran Notokusumo menjadi sahabat Letnan Gubernur Jenderal Inggris karena pemahamannya yang tinggi atas sastra dan kebudayaan Jawa.

Semula, Letnan Gubernur Jenderal Inggris mengakui Sri Sultan Hamengku Buwono II sebagai penguasa sah Kasultanan Yogyakarta, dan mengangkat RM Surojo sebagai Adipati Anom. 

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved