Perang Rusia Vs Ukraina

Vladimir Putin : Kemenangan Rusia Adalah Bersatunya Rakyat Rusia

Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan syarat kemenangan Rusia adalah bersatunya rakyat Rusia. Ia mengecam hegemoni AS dan upaya menghancurkan Rusia

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
AFP via GETTY IMAGES
Ilutrasi: Vladimir Putin, sedang menonton peluncuran rudal pada 2005, dapat mengambil tindakan yang lebih putus asa jika perangnya di Ukraina dianggap gagal. 

TRIBUNJOGJA.COM, MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan, syarat utama pencapaian dan kemenangan Rusia adalah kohesi dan bersatunya rakyat Rusia.

"Persatuan rakyat kita. Ini bukan kiasan, kita semua mengetahuinya dengan baik: ketika rakyat Rusia bersatu, bersatu, kita tidak ada bandingannya,” kata Putin.

“Ini syarat utama untuk semua pencapaian kita dan semua kita kemenangan," kata Putin dalam wawancara Pavel Zarubin untuk program "Moscow. Kremlin. Putin", yang ditayangkan di saluran TV Russia 1, Minggu (26/2/2023).

Pada bagian lain Vladimir Putin menyoroti banyak hal, termasuk sepak terjang AS yang ingin mendominasi negara-negara satelitnya.

"Mereka ingin melakukan hal itu, saya yakinkan Anda, semua orang memahami ini. Termasuk satelit mereka, mereka memahami ini, tetapi karena berbagai alasan,” kata Putin.

“Terutama terkait ketergantungan mereka yang besar pada ekonomi, bidang pertahanan. Mereka mungkin berpikir perang melawan Rusia adalah kepentingan sama dengan AS,” lanjut Putin.

Baca juga: Putin Tegaskan Rusia Siap Adu Kekuatan Nuklir

Baca juga: Putin Sudah Teken Dekrit Senjata Nuklir Berbasis Darat Siap Tempur

Baca juga: Vladimir Putin : Barat Memulai Perangnya di Depan Rusia

Dia mencatat negara satelit berjuang mengatasi persoalan ini, namun mereka sangat menyadari segala sesuatu yang dilakukan Amerika sejalan dengan kepentingan egois mereka.

"Seringkali mereka bahkan tidak sesuai dengan kepentingan yang disebut sekutu mereka. Nah, apa kepentingan sekutu ketika mereka mengadopsi undang-undang yang sesuai untuk memerangi inflasi dan sebagainya dan memikat bisnis Eropa ke wilayah mereka?” sindirnya.

Pemerintah AS mengeluarkan UU yang memberi iming-iming bagi industri segala bentuk keringanan pajak dan fasilitas lainnya, untuk menggenejot ekonomi mereka.

Langkah ini diprotes Prancis, karena khawatir akan ditinggal lari para pebisnis dan investor karena mengejar iming-iming di AS.

Putin memberi contoh soal kontrak jual beli kapal selam di negara AUKUS. Para pemimpin tiga negara kemitraan AUKUS (Australia, Inggris, AS) sepakat membuat armada kapal selam bertenaga nuklir di Australia untuk bersama-sama menghadapi China.

Kesepakatan ini membuat Australia membatalkan kontrak pembelian kapal selam yang semula sudah diteken dengan Prancis.

Pemerintah Australia, saat itu dipimpin Scott Morrison, meninggalkan perusahaan Prancis Naval Group yang tadinya akan membangun 12 kapal selam serang kelas Barracuda seharga 56 miliar euro.

Kontrak akhirnya beralih ke perusahaan Inggris dan AS di bawah kerangka kemitraan AUKUS yang baru.

Jean-Yves Le Drian, yang saat itu adalah Menteri Luar Negeri Prancis, menyebut keputusan Australia untuk melanggar perjanjian itu sebagai menikam dari belakang.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved