Perang Rusia Vs Ukraina

Washington Berkelit soal Nord Stream, Minta Jurnalis Tanya ke Denmark

Jubir Kemenlu AS Ned Price berkelit Washington tak punya otoritas menyelidiki ledakan Nord Stream. Ia minta jurnalis bertanya ke Denmark.

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
Southfront.org
Gas metana muncul ke permukaan Laut Baltik di dekat Pulau Bolstrom Denmark setelah diledakkan tim khusus operasi rahasia AS yang diperintahkan Presiden Joe Biden dan timnya. Peristiwa sabotase objek vital ini terjadi 26 September 2022. 

TRIBUNJOGJA.COM, WASHINGTON – Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price meminta pertanyaan tentang penyelidikan ledakan Nord Stream ditanyakan ke negara di lokasi kejadian.

Washington tidak akan ikut campur dan tidak akan menanggapi apapun karena tidak memiliki wewenang teritorial.

Secara wilayah, titik ledakan pipa Nord Stream masuk perairan Denmark karena di dekat Pulau Bornhom.

Jurnalis kawakan Seymour Hersh mempublikasikan laporan jaringan pipa Nord Stream Rusia diledakkan pihak AS lewat operasi rahasia atas perintah Presiden AS Joe Biden.

"Saya akan menyerahkannya kepada mitra kami di wilayah siapa - di tanah siapa - ledakan ini terjadi untuk berbicara dengan mekanisme investigasi yang tepat," kata Ned Price di Washington, Rabu (15/2/2023) malam.

Price menolak mengomentari niat Rusia yang menuntut sidang Dewan Keamanan PBB pekan depan, untuk mencari penyelidikan internasional atas ledakan 16 September 2022 yang merusak Nord Stream.

Baca juga: Seymour Hersh : Hanya 6 dari 8 Bom Meledak di Pipa Nord Stream

Baca juga: Siapa Jake Sullivan, Aktor Utama Perencana Sabotase Nord Stream?

Ned Price balik menuduh semua itu kebohongan dan disinformasi yang didorong Rusia.

"Saya akan mengulangi apa yang telah kami katakan sebelumnya: Apa yang telah kami dengar dari Moskow, apa yang telah kami dengar dari Kremlin, hanyalah kebohongan. Ini adalah disinformasi murni AS berada di balik apa yang terjadi dengan Nord Stream 2, ledakan Nord Stream," kata Price.

"Ini adalah pesan yang telah kami sampaikan secara konsisten dalam menghadapi kebohongan yang telah dibeokan oleh pejabat Rusia, dan akan menyampaikannya lagi jika perlu, dalam bentuk apa pun,” katanya.

Rusia sebelumnya mengatakan Inggris dan AS "diuntungkan" dari penghancuran pipa tetapi tidak menuduh Washington secara langsung.

Kasus itu kembali menemukan momentumnya ketika laporan Seymour Hersh muncul di Substack.com.

Wartawan pemenang hadiah Pulitzer menggambarkan bagaimana penyelam AS menanam bahan peledak, menuduh pesawat Norwegia memberikan sinyal ledakan.

Gedung Putih menolak cerita Hersh, menyebutnya "fiksi yang sepenuhnya palsu dan lengkap". Price sendiri menyebutnya "benar-benar tidak masuk akal" pada pengarahan minggu lalu.

Respon Price itu mendorong juru bicara Kemenlu Rusia Maria Zakharova menuduhnya "sekali lagi menyiarkan langsung, secara terbuka mengejek jurnalis yang mengajukan pertanyaan yang sepenuhnya dapat dibenarkan."

Dalam sebuah wawancara dengan outlet Jerman Berliner Zeitung selama akhir pekan, Hersh kembali menguatkan laporannya.

Ia mengatakan penghancuran pipa terjadi karena Presiden AS Joe Biden "lebih suka melihat Jerman membeku daripada Jerman mungkin berhenti mendukung Ukraina."

Sementara itu, ketika ditanya tentang kemungkinan penyelidikan PBB terhadap sabotase Nord Stream, juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan badan dunia itu perlu “memiliki mandat, yang jelas tidak kami miliki.”

Denmark, yang perairannya terjadi ledakan, adalah anggota NATO. Denmark dan Swedia menolak permintaan Rusia yang ingin ikut dalam penyelidikan. Sekjen NATO saat ini adalah mantan Perdana Menteri Norwegia.

Parlemen Rusia Tuntut PBB

Komite Hubungan Internasional Parlemen Rusia telah menyetujui mosi untuk meminta Dewan Keamanan PBB untuk menyelidiki ledakan Nord Stream.

Proposal itu menggambarkan ledakan itu sebagai "tindakan terorisme internasional" dan "sabotase yang mengerikan".

Mereka menyerukan PBB meminta pertanggungjawaban baik mereka yang memberi perintah maupun mereka yang melakukannya.

Tindak pidana tersebut telah mengancam keamanan seluruh Eurasia, TASS melaporkan, mengutip teks dokumen tersebut.

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden dianggap memberikan perintah ilegal dan memikul tanggung jawab penuh atas kerusakan multi-miliar dolar pada infrastruktur Rusia, Jerman, Prancis, dan Belanda.

Ini menggambarkan sabotase pipa yang menimbulkan kerusakan jangka panjang pada keamanan, ekonomi, dan lingkungan di seluruh wilayah.

Anggota parlemen juga merujuk laporan Seymour Hersh, yang menggambarkan bagaimana jaringan pipa rusak dalam operasi bersama antara AS dan Norwegia.

Karena itu tindakan AS membutuhkan penyelidikan internasional yang menyeluruh, hukuman bagi mereka yang bertanggung jawab dan kompensasi atas kerusakan yang ditimbulkan.

Laporan mendalam Seymour Hersh ini tidak mendapatan perhatian besar media arus utama AS dan Eropa.

Hersh bahkan dianggap hanya membuat tulisan di blog, dan umumnya media meremehkan reputasi Hersh yang sudah lebih dari 50 tahun jadi jurnalis.(Tribunjogja.com/RussiaToday/xna)

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved