Berita Kesehatan

Psikolog Sebut Jadi People Pleaser Itu Indikasi Tingkat Kepercayaan Diri Orang Rendah

People pleaser adalah sebuah istilah untuk orang-orang yang tidak bisa menolak permintaan orang lain.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
Huffington Post
Ilustrasi 

Misal suatu negara memiliki nilai-nilai untuk memprioritaskan kebutuhan orang lain di atas kepentingan diri sendiri akan mempengaruhi masyarakat di dalamnya untuk menurunkan nilai tersebut.

Apa akibat keseringan menjadi people pleaser?

Sikap people pleaser ini, apabila terus berlangsung, disebutkan Smita, bisa mengakibatkan kelelahan fisik dan mental.

Tak hanya itu, people pleaser yang berlebihan dapat berakibat sulitnya mengetahui keinginan diri sendiri karena segala yang dilakukan dan dipilihnya tergantung pada orang lain.

Lalu, bisa menyebabkan perasaan tertekan karena tidak menjadi dirinya sendiri.

Penampilan juga terabaikan karena acuh terhadap kepentingan diri sendiri.

“Sikap people pleaser juga bisa berdampak pada hubungan sosial. Saat di tempat kerja berusaha baik ke semua orang lalu sampai rumah sudah capek fisik mental kalau tidak pandai mengelola emosi akhirnya mudah marah pada anggota keluarga,” urainya.

Lantas bagaimana untuk berhenti menjadi people pleaser?

Smita membagikan sejumlah tips yang bisa diikuti. Pertama, menanamkan pola pikir (mindset) untuk bisa menjaga diri sendiri.

Mengutamakan diri sendiri tidak berarti menjadi egois karena kebahagiaan orang lain bukan menjadi tanggung jawab utamamu dan jangan menjadikannya sebagai beban.

Kedua, memahami bahwa kita tidak bisa membuat semua orang senang dan menyukaimu.

Hal ini penting untuk dipahami agar tidak memaksakan diri secara terus menerus untuk bisa disukai oleh orang lain karena akan mengakibatkan kelelahan fisik dan mental.

“Pahami tidak semua orang akan menyukai kita. Impossible bisa menyukai orang 100 persen, bahkan orang terdekat kita pun ada hal-hal yang tidak kita sukai,” jelasnya.

Ketiga, membuat batasan diri menolong orang lain. Kenali kemampuan diri, sejauh mana bantuan yang bisa diberikan.

Keempat, memahami berkonflik tidaklah selalu menjadi hal yang buruk.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved