Pengamat Kriminalitas: Kontrol Keluarga yang Lemah Jadi Penyebab Kekerasan Seksual pada Anak

Ia mengatakan, secara sosiologis, penyebab utama terjadinya pencabulan oleh orang terdekat lantaran kontrol sosial dan keluarga lemah.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Thinkstockphotos.com
Ilustrasi 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Setidaknya, ada 20 kasus pencabulan dan persetubuhan terhadap anak di Kota Yogyakarta terhitung dari Januari 2022 hingga bulan September ini.

Data itu bersumber dari Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polresta Yogyakarta.

Menanggapi hal tersebut, Pengamat Kriminalitas, Soeprapto mengatakan, kasus pencabulan, kekerasan dan inses kini memang terlihat banyak lantaran banyak laporan dan ekspos ke publik.

Menurutnya, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membuat banyak kasus, termasuk pencabulan, kekerasan dan sejenisnya yang terdeteksi dan terlapor kepada pihak berwenang.

Baca juga: Dishub Sleman Mulai Data Jukir, Pedagang, hingga Penjaga WC Terminal untuk Terima Bansos

“Adapun kenapa ini terjadi, kakek, paman, ayah tiri, ipar, tetangga dan lain-lain karena kontrol dari keluarga lemah. Sehingga, pelaku punya peluang atau kesempatan untuk melakukan hasrat,” beber dia kepada Tribun Jogja, Jumat (16/9/2022).

Ia mengatakan, secara sosiologis, penyebab utama terjadinya pencabulan oleh orang terdekat lantaran kontrol sosial dan keluarga lemah.

Banyak dari keluarga maupun dunia sosial yang belum peduli dengan hal-hal seperti ini dan tidak sadar, anak sudah jadi korban terlebih dahulu.

“Sehingga, memunculkan kesempatan bagi para pelaku pencabulan dan atau persetubuhan,” tambahnya.

Soeprapto menyebut, selain aspek internal dari lemahnya kontrol keluarga, juga ada aspek eksternal yang muncul akibat transparansi dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

Dengan begitu, akses untuk mendapatkan tontonan pencabulan, persetubuhan dan kekerasan mudah didapat.

“Jadi, pengaruh tontonan atau tayangan kekerasan dan tontonan ke arah pornografi ini jadi andil menciptakan tindakan pencabulan tersebut,” terangnya.

Disinggung tentang keinginan untuk mencabuli dari para pelaku, menurut Soeprapto, dorongan utuk bersetubuh pasti ada di setiap manusia.

Hanya, untuk pelaku pencabulan, mereka tidak memiliki kemampuan untuk memahami orang lain.

Baca juga: BPS DIY Kolaborasi dengan Pemda DIY dan Pemangku Kepentingan Lainnya Dalam Regsostek 2022

“Kita ini kan memiliki kecerdasan emosional terdiri dari 4 level. Pertama, mampu memahami diri sendiri, kedua mampu mengendalikan diri sendiri, ketiga mampu memahami orang lain dan keempat, mampu mengendalikan orang lain,” jelasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved