Berita Sleman Hari Ini

Didatangi Gusdur Lewat Mimpi, Yenny Wahid Buka Pesantren Programmer Khusus Perempuan di Sleman

Pondok Pesantren (ponpes) umumnya dihuni oleh santri untuk belajar memperdalam ilmu agama. Namun, sebuah pesantren yang berada

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/ Ahmad Syarifudin
Yenny Wahid resmi membuka pondok pesantren programmer Qoryatus Salam di kompleks Peace Village Sinduharjo Ngaglik Sleman, Selasa (22/2/2022) 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Pondok Pesantren ( Ponpes ) umumnya dihuni oleh Santri untuk belajar memperdalam ilmu agama.

Namun, sebuah pesantren yang berada di Sinduharjo, Ngaglik, Kabupaten Sleman berbeda. Bernama Pondok Pesantren Programmer Qoryatus Salam.

Pesantren yang diinisiasi oleh Yenny Wahid ini menggabungkan antara ilmu agama dengan teknologi pemrograman komputer.

Menariknya lagi, semua Santri di Pondok Pesantren ini adalah perempuan. 

Baca juga: Seragamkan Fasad Pertokoan, Sampah Visual di Malioboro Bakal Dibersihkan

Founder Pondok Pesantren Programmer Qoryatus Salam, Yenny Wahid menceritakan, dibukanya pesantren ini terinspirasi dari kehadiran ayahnya, almarhum Gusdur (Abdurrahman Wahid), di dalam mimpi sekira tahun lalu.

Isinya, memerintahkan kepada dirinya untuk membuka pondok pesantren meskipun kecil.

Saat itu, Ia mengaku bingung. Sebab, Sleman dan Yogyakarta ini bisa dikatakan gudangnya pesantren. 

"Saat itu, saya bingung. Waduh, kalau pesantren sudah banyak sekali. Apa nilai lebih yang kira-kira bisa diberikan. Kemudian, terpikir yang saat ini dibutuhkan adalah memfasilitasi anak-anak santri dalam bidang teknologi. Maka, kemudian dibuat pesantren programmer," kata Yenny, saat acara peluncuran pondok pesantren Qoryatus Salam di kompleks Peace Village, Sinduharjo, Ngaglik, Selasa (22/2/2022). 

Menurut dia, ini adalah satu-satunya di Indonesia bahkan dimungkinkan pesantren pertama di dunia yang seluruh santrinya perempuan dan menggabungkan pembelajaran ilmu agama dengan teknologi pemrograman komputer. 

Saat ini sudah ada 11 santriwati.

Selama tiga bulan di asrama, mereka akan belajar tiga hal. Yaitu, belajar mengaji agama dengan materi pembelajaran mengadopsi referensi keagamaan yang moderat seperti kitab risalah ahlussunnah wal jamaah karya Hadaratus Syeikh KH Hasyim Asyari, Kitab Adabul 'alimwal muta'alim tentang etika, Fathul qorib tentang fiqh. 

Kemudian, para santriwati juga belajar pemrograman berupa Python, Algoritma, Django, Database, AWS. Selanjutnya, ada kelas tembahan tentang sociopreneurship atau kewirausahaan.

Sementara ini, pesantren porgrammer Qoryatus Salam yang baru saja diluncurkan fokus pada anak perempuan.  

'Kita fokus anak perempuan. Ini untuk menutupi gender gap atau ketimpangan gender terutama di bidang kerja yang masih terasa di dunia," kata Yenny. 

Direktur Wahid Foundation ini mengungkapkan, santriwati yang mendaftar sebenarnya sangat banyak hingga mencapai ratusan anak. Namun, saat ini dirinya membatasi cukup 11 anak.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved