TRC BPBD Sleman Makamkan 200 Pasien Isoman Positif Covid-19 Selama Dua Minggu di Bulan Juli 2021
Angka tersebut melonjak lima kali lipat dibanding bulan Juni 2021 lalu yang hanya tercatat 41 orang saja.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
Sebagian besar pasien isoman yang meninggal adalah lansia dengan usia 50-90 tahun.
Mereka tertular karena masih ada keluarga yang tidak taat protokol kesehatan (prokes), membawa virus dan menularkannya kepada lansia yang sebenarnya sudah di rumah saja.
“Warga isoman itu meninggal dengan kondisi saturasi oksigen sangat tak ideal atau di bawah 80 persen dan tak ditunjang bantuan oksigen mandiri untuk menyelamatkan nyawa,” paparnya.
Hal itu diperburuk dengan kondisi rumah sakit (RS) yang penuh dan kewalahan menerima pasien dengan gejala Covid-19 berat.
Jika memiliki oksigen mandiri pun sulit untuk mengisi ulang, mengingat hampir sebagian besar pasien Covid-19 butuh.
Isu Mengcovidkan
Isu RS mengcovidkan atau dengan sengaja mendata pasien dengan penyakit Covid-19 memang santer terdengar.
Di media sosial, pembicaraan seperti itu tidak bisa dihindari. Pasti ada saja yang melontarkan terlebih dahulu.
Namun, apa yang terjadi dengan TRC BPBD Sleman malah justru terbalik.
Banyak dari pihak keluarga yang memilih untuk memakamkan keluarga secara protokol Covid-19 saja agar semua aman.
“Padahal tidak bisa. Kalau tidak terjangkit corona, mereka tidak bisa dimakamkan protap Covid-19. Jika minta tolong kami untuk memakamkan dengan protap Covid-19 ini harus ada surat hasil swabnya,” tambah Lilik.
Berkali-kali timnya harus menolak permintaan pemakaman dengan protokol Covid-19 meski orang yang meninggal tidak mengidap penyakit tersebut.
“Ini hubungannya dengan data. Jadi, tidak ada istilah dicovidkan. Kami hanya akan memakamkan mereka yang hasil swabnya positif saja,” bebernya melanjutkan.
Miskomunikasi dengan RS
Menjadi garda terdepan memakamkan jenazah pasien Covid-19 bukan berarti tanpa halangan.