Abhati Tuangkan Konsep Sustainability Pada Kain Batik

Batik memiliki berbagai macam variasi media, cara membuat, hingga makna di balik motifnya.

Penulis: Amalia Nurul F | Editor: Hari Susmayanti
zoom-inlihat foto Abhati Tuangkan Konsep Sustainability Pada Kain Batik
Tribun Jogja/Amalia Nurul Fathonaty
Produk-produk Abhati Studio yang ditampilkan di Pasar Wiguna yang berlokasi di halaman Pendopo Royal Ambarrukmo, Minggu (23/5/2021).

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Batik memiliki berbagai macam variasi media, cara membuat, hingga makna di balik motifnya.

Tak jarang, beberapa motif batik memiliki pesan tertentu.

Hal itulah yang diangkat oleh Abhati Studio.

Berbagai macam produk batik yang dibuat memuat pesan tentang keberlangsungan atau sustainability.

Putri Anggita, Owner Abhati Studio mengungkapkan, awal mula dirinya mengusung sustainability dalam produk batik yakni berdasar pengalamannya sebagai konsultan arsitektur.

Putri, sapaan akrabnya, menyebut, konsep sustainability ia dapati cukup sulit diterapkan pada desain arsitektur lantaran tak mudah menemukan klien yang mau menerapkan konsep tersebut.

Menurutnya, konsep sustainability seharusnya bisa menjadi landasan yang baku dalam kehidupan sehari-hari.

"Kalau dipikir-pikir, sustainability itu bukan pilihan gaya hidup, tapi sudah seharusnya menjadi pegangan atau landasan dalam kita hidup sehari-hari," paparnya, Senin (24/5/2021).

Konsep sustainability ini dipadukan dengan batik dan pewarna alam yang sudah ia kenal cukup lama dari sang ibu yang telah lama bergelut di dunia batik.

Baca juga: Dekranasda DIY akan Buat Platform Daring untuk Jual Beli Batik

Baca juga: Ide Nge-date Hemat dan Seru Supaya Gaji Tetap Awet

Pewarna alam inilah yang mewakili konsep sustainability dan ramah lingkungan.

Putri pun semakin bertekad kuat mengusung konsep sustainability dalam produk batiknya setelah melihat fakta, bahwa pewarna tekstil berperan besar dalam pencemaran sungai.

"Ada fakta bahwa industri garmen di Indonesia justru menjadi salah satu alasan tercemarnya sungai Citarum, sungai yang sering disebut sebagai salah satu sungai tercemar di Indonesia," kata Putri.

"Banyak kandungan berbahaya dari pembuangan limbah pewarna tekstil dari pabrik-pabrik tersebut yang dibuang ke sungai dan berdampak bukan hanya pada air sungai, tapi juga pada tanaman di sawah-sawah sepanjang sungai," sambungnya.

Dari situ lah dirinya dibantu suami dan adiknya mendirikan Abhati Studio yang fokus mengenalkan sustainability melalui batik.

"Tujuannya Abhati bukan hanya sebagai bisnis dengan goals untuk menjual barang, tapi juga sebagai tempat berbagi informasi dan belajar bahwa kita sebagai konsumen punya kekuatan untuk mengubah dunia melalui pilihan yang kita buat," tutur perempuan asli Yogyakarta ini.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved