Dekranasda DIY akan Buat Platform Daring untuk Jual Beli Batik
Wakil Ketua III (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) Dekranasda DIY Tazbir Abdullah mengatakan, Dekranasda DIY tengah membuat jalan agar industri batik
Penulis: Amalia Nurul F | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DIY tengah berupaya untuk mengangkat batik di masa pandemi.
Selama pandemi, banyak UKM ata pengrajin batik yang harus berusaha keras menjual hasil kerajinan mereka.
Wakil Ketua III (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) Dekranasda DIY Tazbir Abdullah mengatakan, Dekranasda DIY tengah membuat jalan agar industri batik di DIY kembali bergeliat.
alah satu di antaranya yakni dengan menggelar Jogja International Batik Biennale (JIBB) pada Oktober 2021 nanti.
Baca juga: Pasca Libur Idulfitri 2021, Volume Sampah di Bantul Meningkat 10 Ton
Di dalamnya, Dekranasda juga akan menghadirkan platform daring untuk jual beli batik. Platform ini diharapkan dapat menjadi sarana mengangkat jual beli batik di Yogyakarta.
"Dekranas DIY ini di 2021 punya gawe JIBB, Jogja International Batik Biennale, sebagai konsekuensi kita menjadi Kota Batik Dunia. Harusnya digelar 2020. Karena belum bisa diadakan di 2020, maka diadakan di 2021. JIBB 2021 jatuhnya pada Oktober nanti," ujar Tazbir belum lama ini.
Menuju JIBB, Tazbir mengatakan tengah dilakukan beberapa kegiatan, termasuk seleksi batik-batik untuk direkomendasikan untuk dipromosikan di JIBB.
"Salah satunya kita akan bikin platform promosi batik," jelas Tazbir.
Batik-batik yang telah diseleksi nantinya tidak hanya sekadar dipromosikan saja, tapi juga bisa dijualbelikan melalui platform tersebut.
Saat ini pun Dekranasda DIY tengah membuat platform tersebut agar bisa segera diluncurkan.
"Di situ nanti akan bekerja sama dengan pihak tertentu dan bisa ada penjualan juga. Jadi lebih real, tidak hanya promosi tapi juga jual beli batik online, tapi kita fokus pada batik Yogya saja. Itu salah satu yang bisa kita lakukan sekarang. Secara umum kita juga fokus mempersiapkan JIBB ini," paparnya.
Tazbir melihat, di masa pandemi, sama seperti industri lainnya, sentra-sentra batik tengah sepi. Pameran luring pun juga tak cukup untuk membuat batik-bati hasil para perajin terjual.
"Memang sangat berat, khususnya sentra-sentra batik. Dulu kan ada penjualan, pameran, dan sebagainya. Sekarang pameran saja tidak ada yang membeli. Ada beberapa mal bikin pameran tidak ada pembeli," ungkapnya.
Maka, menurut Tazbir, salah satu upaya untuk mempromosikan batik dengan platform daring agak lebih terbuka.
"Promosi daring ini kata dia juga bisa menjangkau pembeli lebih luas, berbeda dengan promosi konvensional," katanya.