Kisah Inspiratif

Berbekal Belajar Lewat Youtube, Warga Klaten Kembangkan Batik Ecoprint

Berkembangnya teknik ecoprint karena dinilai ramah lingkungan dan tidak melibatkan unsur-unsur kimia dalam proses pembuatannya.

Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Gaya Lufityanti
istimewa
Erna Kuswandari saat menunjukan batik ecoprint karyanya yang telah disulap menjadi baju, Minggu (25/4/2021). 

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Teknik Ecoprint mulai berkembang dan digandrungi oleh penyuka fesyen di Indonesia termasuk, masyarakat Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Berkembangnya teknik ecoprint karena dinilai ramah lingkungan dan tidak melibatkan unsur-unsur kimia dalam proses pembuatannya.

Tren fesyen masyarakat yang mulai berubah ke hal-hal yang berbau alami itu ditangkap oleh Erna Kuswandari.

Perempuan 42 tahun, yang merupakan warga Desa Keden, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten itu belajar secara otodidak untuk membuat batik ecoprint.

Baca juga: Kemenperin Berkomitmen Wujudkan Industri Batik Indonesia Berwawasan Lingkungan

Tekad kuat tersebut akhirnya membuahkan hasil dan batik ecoprint buatannya mampu menjadi penggerak perekonomian Keluarga di kala pandemi COVID-19 melanda.

Di Kabupaten Klaten sendiri belum banyak perajin batik dengan teknik ecoprint tersebut.

Erna termasuk generasi awal.

Erna bercerita, awal mula dirinya membuat kain batik ecoprint dengan belajar secara otodidak dari youtube.

"Awal merintis ini tahun 2018 ya, itu belajar di youtube karena saya memang suka dengan batik dan ingin mengembangkan teknik baru," ujarnya saat berbincang dengan Tribunjogja.com, Minggu (25/4/2021).

Butuh berkali-kali percobaan, bagi Erna, hingga akhirnya bisa mendapatkan hasil yang cukup sempurna seperti saat ini.

Batik buatanya yang memakai brand Kamala Art tersebut menggunakan bahan daun.

Seperti daun jati, daun paku-pakuan dan beragam jenis daun lainnya yang mudah ditemukan di sekitar tempat tinggalnya.

"Untuk motif kainnya kita gunakan daun basah dan daun kering. Semua tergantung motif apa yang ingin kita buat," ulasnya.

Baca juga: Upaya Menyelamatkan Batik Topeng Khas Putat Gunungkidul dari Dampak Pandemi

Adapun untuk proses pembuatan satu lembar kain batik ecoprint itu bisa memakan waktu satu minggu.

"Ada beberapa tahan yang mesti dilalui mulai dari melakukan treatmen kepada kain yang akan ditempel daun, memberikan pewarna dari bahan alami hingga memberikan pola dan dikukus selama dua jam," katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved