UPDATE Aktivitas Gunung Merapi : Luncuran Awan Panas Kembali Terjadi, Berikut Penjelasan BPPTKG
Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida, menjelaskan awan panas mengarah ke barat daya tepatnya menuju Kali Krasak.
Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Muhammad Fatoni
"Ada penurunan aktivitas seismik atau kegempaan dan deformasi yang cukup drastis," ujar Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG, Agus Budi Santoso dalam Siaran Informasi BPPTKG, Sabtu (16/1/2021).
Agus menyebutkan, pada 1 Januari sampai dengan 7 Januari 2021 terjadi aktivitas kegempaan antara lain 541 VTB, 2.270 MP, 611 RF, 4 LF, 628 DG. Sementara, deformasi 15 cm/hari.
Sedangkan, pada 8 Januari sampai 14 Januari 2021 aktivitas kegempaan menurun menjadi 206 VTB, 794 MP, 1.044 RF, 0 LF, dan 171 DG. Adapun deformasi menjadi 6 cm/hari.
"Namun, guguran tetap tinggi karena memang sedang erupsi," imbuhnya.

Agus menambahkan, kegempaan internal Gunung Merapi saat ini rata-rata 27 kali per hari.
Sementara, sebelumnya sampai ratusan kali per hari.
Deformasi cukup kecil, yakni 0,3 cm/hari.
Gas vulkanik CO2 sebelumnya mencapai 750 ppm, saat ini dalam tren menurun menjadi 600 ppm.
"Kondisi ini, mengarahkan kepada kesimpulan bahwa per 15 Januari 2021 probabilitas erupsi efusif sekarang lebih dominan (40 persen) dan mengarah ke barat daya. Potensi erupsi eksplosif dan kubah-dalam menurun signifikan," tuturnya.
Lebih lanjut, kata dia, hal ini sangat berbeda dengan rekomendasi bahaya yang BPPTKG sampaikan sebelumnya berdasarkan data yang didapatkan saat itu, yang mana terjadi deformasi yang besar di barat laut dan seismisitas yang tinggi.
"Potensi bahaya bergeser dan rekomendasi kami perlu disesuaikan. Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya, meliputi sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km," bebernya.
"Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau sejauh maksimal 3 km dari puncak," sambung Agus.
Baca juga: UPDATE Gunung Merapi Minggu 17 Januari, Gempa Guguran Tercatat 19 Kali, Gempa Hybrid 1 Kali
Baca juga: Arah Luncuran Lava Pijar ke Barat Daya BPBD Sleman Belum Instruksikan Warga Barat Merapi Mengungsi
Menurut Agus, update skenario bahaya disampaikan setiap 7 hari sekali, kecuali ada perkembangan yang mendadak.
Ia melanjutkan, rekomendasi bahaya yang BPPTKG sampaikan mengandung konsekuensi bahwa masyarakat yang tinggal di luar daerah bahaya yang disebutkan tadi bisa kembali ke rumah masing-masing.
"Rekomendasi bahaya yang kami sampaikan mengandung konsekuensi bahwa masyarakat yang tinggal di luar daerah bahaya yang kami sebutkan tadi bisa kembali ke rumah. Masyarakat di luar daerah bahaya yang kami sebutkan bisa tinggal di pemukiman mereka," ungkap Agus.
"Namun perlu kami tegaskan, kita mengambil kesempatan terbaik yang diberikan oleh Merapi, aktivitas saat ini tenang. Namun demikian, kita harus selalu menyesuaikan jika perubahan terjadi. Hidup harmonis dengan Merapi," sambungnya.
( tribunjogja.com )