Yogyakarta
DLHK DIY Pastikan Limbah Infeksius dari Faskes Tak Masuk TPST Piyungan
DLHK DIY Pastikan Limbah Infeksius dari Faskes Tak Masuk TPST Piyungan
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memastikan limbah medis infeksius dari fasilitas kesehatan (faskes) tak ada yang masuk ke tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) Piyungan.
Kepala Seksi Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah DLHK DIY Jito mengatakan, untuk pengolahan sampah medis pada faskes sudah dibuat aturannya dengan memanfaatkan perusahaan pengolah sampah yang menangani limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
"Jadi, TPST Piyungan hanya diperuntukkan sampah rumah tangga. Sejauh ini, apabila ditemukan adanya sampah medis atau berbahan kimia bahaya dari pabrik pasti akan ditolak,"jelasnya kepada Tribunjogja.com, pada Selasa (03/11/2020).
Ia menambahkan, semua fasilitas kesehatan yang ada di DIY telah menaati peraturan terkait penanganan limbah medis.
Sehingga, adanya sampah medis dari faskes di tempat sampah umum kemungkinan sangat kecil bisa terjadi.
"Untuk perusahaan penanganan limbah medis di DIY sekitar 12 unit yang memiliki izin. Setiap fasilitas kesehatan baik rumah sakit hingga puskemas diberi wewenang untuk memilih sendiri perusahaan yang sesuai dengan kriteria mereka. Sejauh ini semua berjalan dengan baik," tuturnya.
Baca juga: DLHK Kesulitan Cari Solusi, Produksi Sampah di DIY Tak Seimbang dengan Kapasitas Penampungan
Baca juga: Prihatin Hanya jadi Sampah, Warga Parangtritis Sukses Olah Limbah Styrofoam menjadi Batako
Namun, apabila ditemukan sampah medis di lokasi pembuangan sampah umum, dirinya memastikan sampah tersebut berasal dari rumah tangga.
Pihaknya pun, mengaku kesulitan untuk mengindentifikasi apabila adanya limbah medis yang dicampur dengan sampah rumah tangga.
Padahal, sampah medis rumah tangga seperti masker yang paling umum digunakan sudah ada aturan yang dibuat oleh pemerintah untuk penanganannya.
Menurutnya, ketidaktahuan dan kurangnya informasi dalam penanganan sampah medis rumah tangga bisa menjadi pemicunya.
"Perlu dilakukan sosialisasi masif kepada masyarakat untuk mengolah sampah medis. Karena, di masa pandemi, tidak hanya faskes yang menghasilkan limbah medis namun rumah tangga juga sangat berpotensi. Jangan sampai akibat kelalaian membuat limbah medis menjadi media penularan baru,"tandasnya. (Tribunjogja/Nanda Sagita Ginting)