Kota Yogya
Jelang Semi Pedestrian, Penyedia Bentor di Malioboro Minta Subsidi Selama 2 Minggu
Para penyedia jasa bentor merasa penghasilannya dipersempit selama dua pekan yakni mulai 3 hingga 15 November 2020.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Miftahul Huda
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Penyedia jasa becak motor (bentor) Malioboro meminta dua opsi kepada pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terkait rencana pemberlakukan semi pedestrian, yang berdasarkan jadwalnya akan dilaksanakan mulai Selasa (3/11/2020) selama dua pekan ke depan.
Pasalnya, para penyedia jasa bentor tersebut merasa penghasilannya dipersempit selama dua pekan yakni mulai 3 hingga 15 November 2020.
Mereka menganggap apabila kendaraan bermotor dilarang masuk kawasan Malioboro, maka penyedia jasa bentor juga ikut terdampak.
Padahal setiap harinya para penyedia jasa bentor mengandalkan pendapatannya dari wisatawan di Malioboro.
Baca juga: Pengunjung Malioboro Meningkat Tiga Kali Lipat Selama Libur Panjang
Ketua Paguyuban Becak Motor Yogyakarta (PBMY) Parmin menyampaikan keberatan terkait rencana Giratori atau rekayasa lalu lintas di Malioboro dan sekitarnya tersebut.
Sejak awal dirinya menolak adanya rencana rekayasa semi pedesterian di kawasan pusat belanja Kota Yogyakarta tersebut.
"Lah wong setiap Selasa wage saja itu kami cukup berat. Apalagi ini dua minggu. Pendapatan kami itu untuk dimakan sehari. Tolong dipertimbangkan itu. Kalau Malioboro dua minggu ditutup, kami makan apa?" Katanya, kepada Tribunjogja.com
Untuk itu, lanjut Parmin, dirinya meminta agar pemerintah DIY bersedia memberikan subsidi kepada para penyedia jasa bentor di Malioboro selama dua pekan berlangsungnya pemberlakuan semi pedesterian tersebut.
Karena dirinya mengklaim selain dari Malioboro, para penyedia jasa bentor sulit mendapatkan penumpang lantaran setiap obyek wisata sudah ada kelompoknya masing-masing.
Baca juga: Sampah Menumpuk, UPT Malioboro Mengaku Prihatin
"Ya kami minta subsidi selama dua minggu itu. Karena sangat sulit kalau Malioboro ditutup. Atau kalau tidak bersedia, ya kami carikan tempat pangkalan yang bisa menghasilkan pendapatan," tegasnya.
Permintaan subsidi tersebut, menurut Parmin bisa berupa uang atau yang lainnya.
Ia tidak keberatan apabila pemberian subsidi sesuai dengan pendapatan minimal perharinya.
Sementara saat disinggung mengenai pendapatan perhari saat beroperasi, Parmin mengatakan minim hanya dapat Rp100 ribu.
"Rp100 ribu minim, tapi kan ini masih pandemi, sangat sulit untuk mendapat angka segitu. Hanya beberapa hari ini saja pas ada libur panjang," urainya.