Human Interest Story
Trauma Gempa, Lansia di Gunungkidul Ini Pilih Tinggal di Bangunan Tak Layak
Muhyi tetap memilih tinggal di bangunan tersebut, bahkan menyatakan pada anak-anaknya bahwa hidup-matinya hanya di rumah itu.
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Ari Nugroho
Begitu pula ibu mereka, yang ikut pindah lantaran merasa rumah lama mereka sudah tak layak lagi.
Namun tidak bagi Mbah Muhyi.
Mau berapa kali pun anak-anaknya mengajak, ia tetap menolak pindah.
Muhyi tetap memilih tinggal di bangunan tersebut, bahkan menyatakan pada anak-anaknya bahwa hidup-matinya hanya di rumah itu.
"Mbah Muhyi trauma karena gempa itu, dulu saat kejadian beliau bersembunyi di bawah tempat tidur karena takut," ungkap Aminah.
Saat tengah bercerita, suara Mbah Muhyi terdengar dari dalam bangunan; ia telah bangun dari tidur lelapnya.
Aminah pun lalu bergegas masuk ke ruangan kamar ayahnya itu untuk melihat keadaannya.
Mbah Muhyi sudah dalam posisi duduk saat dihampiri oleh Aminah.
Putrinya itu pun kemudian memberikan sekantong plastik berisi makanan.
Ia mengatakan selama ini dirinyalah yang mengurus Mbah Muhyi.
• Kisah Djanggan Purbo Djati, Dalang Cilik asal Kulon Progo Bercita-cita jadi Dalang Profesional
"Saudara-saudara saya sebagian merantau, ada yang ke Jakarta sampai Lampung," jelasnya.
Lantaran usianya sudah renta, Mbah Muhyi pun juga harus dituntun Aminah saat akan melakukan urusan buang air.
Sesekali ia keluar berjalan dengan menggunakan tongkat.
Meski umurnya sudah nyaris seabad, Mbah Muhyi tetap aktif bergerak.
Aminah mengatakan sesekali ia tetap bertani ke ladang, jika kondisinya sedang sehat dan bugar.
Aminah bersama saudara-saudaranya yang tinggal di situ menyimpan keinginan untuk kembali memperbaiki rumah tersebut.
Apalagi Mbah Muhyi ingin di sana sampai akhir hayatnya.
"Tapi mau memperbaiki juga bagaimana, kami sedang tidak ada uang," katanya.(TRIBUNJOGJA.COM)