Bantul

Kisah Penyelamat Korban Hanyut di Parangtritis, Ternyata Atlet Surfing

Meski berperawakan kecil, Uyuk sapaan akrabnya sangat piawai mengolah gelombang laut menjadi tempat paling favorit untuk bermain.

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Miftahul Huda
Sosok penyelamat korban hanyut di pantai Parangtritis yang pernah masuk sepuluh besar atlet Surfing Asia, Jumat (4/9/2020) 

Laporan Reporter Tribun Jogja Miftahul Huda

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Drama penyelamatan yang singkat dilakukan oleh tim Search And Rescue (SAR) Satlinmas wilayah III Parangtritis, Bantul Jumat (4/9/2020).

Pahlawan dibalik penyelamatan empat wisatawan yang hanyut asal Kota Madiun Jawa Timur (Jatim) itu bernama Rodhiva Wahyu Widho Santoso.

Saat ditemui ia memang terlihat tenang.

Gaya bicaranya santai. 

"Saya asli Parangtritis, lahir di sini," katanya memulai obrolan.

Meski berperawakan kecil, Uyuk sapaan akrabnya sangat piawai mengolah gelombang laut menjadi tempat paling favorit untuk bermain.

Dia merupakan atlet Surfing yang namanya diklaim sempat masuk di 10 besar Asia tahun 2017-2018 silam.

Tiba dari Madiun, Keluarga Faran Histeris ketika Datangi Lokasi Kejadian di Parangtritis

Tak heran jika ia paling depan untuk melakukan penyelamatan empat wisatawan asal Madiun yang hanyut Jumat pagi di Parangtritis itu.

Ia pun bercerita awal mula tragedi itu berlangsung.

Pagi itu, Uyuk telah melakukan patroli di sekitar pantai.

Dirinya juga menyaksikan Faran Diva Bahtyarta dan kawan-kawan menikmati suasana pantai saat pagi hari.

"Pas kami patroli mereka belum mandi ke pantai. Hanya berfoto-foto saja," ujarnya.

Tak berselang lama, ia kemudian mendengar kabar jika ada wisatawan yang terseret gelombang laut.

Kabar itu diterima oleh nelayan dan salah satu teman Faran.

"Saya langsung bergegas menyiapkan peralatan. Ya ini bawa papan surfing juga," kata dia.

Penyelamatan itu pun menurutnya sangat dramatis.

Lantaran hanya dalam hitungan detik para remaja yang berenang tersebut sudah terseret hingga 200 meter dari bibir pantai.

Empat Wisatawan Terseret Ombak di Parangtritis, 3 Selamat, 1 Dalam Pencarian

Ganasnya ombak pagi itu tak dirasakan.

Bekalnya sebagai atlet Surfing memudahkannya untuk menembus ombak di Parangtritis.

"Ombaknya sekitar dua hingga lima meter. Itu masih rendah, tapi kalau untuk menyelamatkan dua orang ya menguras tenaga juga," tegasnya.

Lima kali menyelam

Tak mudah menjangkau tubuh korban yang terhalang gelombang.

Ia mengakui tubuh korban kadang timbul kadang tenggelam.

Usahanya pun membuahkan hasil.

Tangan Afrian Azhary berhasil ia gapai.

Tubuh pengunjung itu pun berhasil ia dekap dengab susah payah.

"Saya peluk dari belakang. Saya bisikkan kepada dia. Mas, pegang tangan saya. Kita akan menyelam beberapa kali untuk menembus ombak," ujarnya sore itu.

Petaka Jumat Pagi di Parangtritis, Novan Dias Berlari Minta Bantuan Tim SAR

Terhitung lima kali penyelaman harus ia lakukan untuk sampai ke tepi pantai.

Ia menilai, dengan cara seperti itu lah penyelamatan dapat dilakukan jika tanpa menggunakan perahu atau alat bantu sejenisnya.

"Lima kali saya ajak menyelam. Masih setengah sadar, dan tetap saya peluk terus," ungkap dia.

Jarak dari bibir pantai menurutnya sekitar 200 meter.

Butuh tenaga ekstra agar bisa sampai ke tepian pantai.

"Saya ajak komunikasi sudah setengah sadar. Kondisinya lemas dan hampir pingsan. Mungkin karena terlalu banyak minum air. Melihat kondisi seperti itu teman-teman saya datang dan dibawa ke rumah sakit korbannya," kenangnya.

Tiga Puluh Menit Mencari Faran

Usai Afrian dinyatakan selamat, satu teman yang lain yakni Ervian Risky Dwi Tama juga berhasil diselamatkan Uyuk.

Begitu penyelamatan kedua dilakukan, salah satu dari rombongan berkata jika masih ada satu temannya yang ada di tengah.

Mendengar hal itu, Uyuk bergegas kembali ke tengah pantai dengan papan Surfing berwarna putih kombinasi hijau miliknya.

Cerita Teman Korban Hanyut Pantai Parangtritis

Seingat dia, cukup lama pengunjung berusia 19 tahun itu berada di tengah pantai melakukan penyisiran.

"Ada sekitar tiga puluh menitan kayaknya. Saya tunggu barangkali ada tanda-tanda akan timbul. Ternyata tidak ada," terang dia.

Tak berselang lama petugas SAR lain menjemputnya menggunakan perahu karet.

Tim tersebut pun melakukan penyisiran ke arah Barat sejauh 600 meter dari titik tenggelam.

"Kami ke Barat sekitar 600 meter. Tapi tetap tidak ada tanda-tanda," ungkap dia.

Remaja yang sudah menaklukkan ombak pantai sepanjang Banten hingga ujung Timur Indonesia itu pun mengakui jika ombak pagi itu sangatlah tinggi.

"Makanya saya pakai surfing. Kalau pakai perahu tidak mungkin mampu menembus. Sementara penyelamatan juga berpacu dengan waktu," tutup pria yang menggeluti olahraga Surfing sejak usia 3 tahun itu.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved