Manusia Mongoloid Lebih Tahan “Micin”? Pakar Ini Beberkan Jawabannya
Ras Mongoloid disebut yang paling tahan Monosodium Glutamate) atau vetsin atau umumnya disebut “micin”.
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Gaya Lufityanti
Awalnya semua hewan yang diternakkan manusia modern adalah hewan liar.
Sekitar 10-40 ribu tahun lalu, manusia kuno berusaha menjinakkan hewan-hewan liar untuk kebutuhan konsumsi, tenaga dan kesenangan.
Manusia kuno telah mampu menseleksi beragam spesies hewan yang mungkin menguntungkannya berdasarkan pengamatan dan pengalamannya.
Beberapa hewan liar yang terseleksi itu didekatkan ke lingkungan hidup manusia untuk diternakkan dan dipelihara.
• Suku Aborigin di Australia Masih Bebas Virus Corona, Ini Rahasianya
“Itu lah tahap awal domestikasi. Saat ini hewan-hewan itu hidup di lingkungan manusia. Ada keuntungan besar didapat manusia, yakni lebih efisien dan efektif untuk memenuhi kebutuhan produk hewan (daging, susu, kulit), tenaga kerja dan alat mobilitas,” katanya.
Hewan-hewan itu juga untuk tujuan kesenangan atau hobi.
Namun memelihara hewan itu memiliki risiko, yakni kemunculan penyakit-penyakit (bakteri, virus, jamur atau mikroorganisme pathogen) pada hewan-hewan itu hidup bersama manusia.
Makin menuju ke masa modern, ragam domestikasi hewan dan tanaman makin meningkat karena pertumbuhan populasi yang makin menjulang. Kebutuhan pangannya makin meningkat.
Lingkungan hewan dan tanaman liar diubah manusia untuk memperluas permukiman dan lahan domestikasinya.
Habitat-habitat hewan dan tumbuhan diklaim sebagai habitat manusia.
Luasan lingkungan liar mereka makin susut, sebaliknya luasan lingkungan ipsefak (lingkngan yg diubah oelh manusia) menjadi meraksasa.
Lingkungan makin mengalami ketidakseimbangan.
• Maria Branyas jadi Salah Satu Manusia Tertua di Dunia yang Sukses Kalahkan Virus Corona
Pertumbuhan populasi yang tidak bisa direm mengakibatkan manusia berupaya melipatgandakan cadangan kebutuhan pangannya.
Industri pengolahan makanan memberikan solusinya.
Makin lama, menurut Rusyad, industri pengolahan makanan makin haus pasokan sumber bahan mentah pertanian dan peternakan (perikanan).
Makin menuju ke masa kini hidup manusia makin berkompetisi dengan hewan-hewan dan tanaman-tanaman domestikasinya.
“Bagaimana kondisi kehidupan manusia saat ini?” tanyanya retoris. Menurut Rusyad Adi, kini manusia lah yang terdomestikasi. Manusia sangat tergantung dari produk unggas dan telur, daging dan susu sapi, kambing, kerbau, unta, babi, dan produk-produk ternak lain yang awalnya merupakan produk domestikasinya.
Demikian juga untuk beragam sereal, sayur, buah, bumbu dan rempah, serta bahan-bahan alamiah farmakologisnya. Manusia saat ini jadi makin tergantung dari domestikasinya.
Jumlah ternak dan hasil lahan terus meningkat melebihi jumlah manusia di bumi saat ini.
• Penjelasan Soal Bagaimana Sistem Kekebalan Tubuh Manusia Melawan Virus Corona
Stok pangan manusia terus diupayakan. Sepertinya manusia hanya alat untuk melipatgandakan reproduksi mereka.
Kebudayaan ikut andil atas makin terdomestikasinya manusia.
“Manusia bukan hewan liar. Manusia bukan makhluk liar. Kini manusia makin menjadi makhluk “manja”,” ujarnya.
Tulang-tulangnya makin “gracile” karena aktivitas fisiknya makin terbantu beragam peralatan yang dibuatnya.
Beragam mesin, robot, komputer dan teknologi informasi mampu membuat manusia bisa bekerja hanya dengan mobilitas rendah.
“Cuma ndeprok di rumah sudah bisa bekerja. Organ utamanya otak, makin keras bekerja. Seperti yg kita kerjakan di kelas WABLAS ini, sambil duduk-duduk dan enjoy, kita bisa bekerja. Otak kita lah yang makin mumet,” selorohnya. (Tribunjogja.com/ xna)