Update Corona di DI Yogyakarta
Joko Pinurbo Menulis Puisi tentang Pandemi
Kondisi pandemi Covid-19 rupanya turut menjadi inspirasi bagi penyair Joko Pinurbo dalam melahirkan puisi-puisi baru.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
Sementara, mengenai pilihan terhadap objek-objek atau peristiwa sehari-hari, kata dia, itu diawali rasa penasaran.
“Sebetulnya karena saya penasaran saja, mengapa peristiwa sehari-hari atau domestik dan barang-barang di sekitar itu tidak banyak diangkat oleh penyair-penyair Indonesia sebelumnya,” tandasnya.
“Mungkin sarung, celana, kamar mandi itu dianggap tidak puitis. Tetapi yang tidak puitis itu melekat pada tubuh kita, pada kehidupan kita. Persoalan seorang penulis tentunya bagaimana hal yang tampak sepele itu bisa membawa permenungan mengenai absurditas hidup. Benda-benda itu ada refleksi mengenai hidup,” sambungnya.
Dia juga menganggap dengan memilih jalan yang berbeda dengan penyair-penyair lain itu, diksi, kosakata, dan imaji, dalam puisi di Indonesia lebih bervariasi.
Dalam siaran langsung yang dihelat siang hari itu, Jokpin juga berbagi tentang kisah pribadinya menulis puisi pertama kali.
Dia mengungkapkan, puisi pertamanya ditulis saat berusia 16 tahun.
• Tiga Klaster Penularan Virus Corona di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
“Saat itu saya tinggal di asrama. Ada pohon kamboja di samping gereja. Saya menulis puisi tentang kamboja itu. Puisi itu langsung masuk di majalah sekolah,” bebernya.
Menurut Jokpin, menelusuri karya-karya pertama para penyair merupakan suatu hal yang menarik.
“Penting bagi kita untuk melacak atau menemukan puisi-puisi pertama, karya-karya pertama yang ditulis penyair itu tentang apa. Itu sangat menarik karena kita bisa melacak arah perkembangan berikutnya,” ucapnya.
Saat SMA pula, Jokpin bercerita untuk pertama kali puisinya diterbitkan di media luar.
“Pertama kali saat SMA, majalah di Jogja waktu itu. Kemudian saat kuliah, pertama kali terbit di surat kabar,” kata pria kelahiran Sukabumi, 11 Mei 1962 ini.
Meski sudah dikenal sebagai ikon penyair Yogyakarta dan nasional, Joko Pinurbo merasa tidak yakin bahwa puisi-puisi yang dia tulis memberi pengaruh kepada orang lain.
“Saya tidak yakin kalau gaya penulisan saya itu memengaruhi orang lain. Apa iya? Puisi saya kan nggak romantis. Tapi kalau ada yang terinspirasi ya syukur,” ujarnya. (TRIBUNJOGJA.COM)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/joko-pinurbo-menulis-puisi-tentang-pandemi.jpg)