Menelusuri Jejak Awal Mataram Kuno

Menguak Angka Tahun Prasasti Canggal, Penanda Awal Kekuasaan Mataram Kuno

Unsur kelengkapan pertanggalan dalam Prasasti Canggal selain angka tahun disebutkan harinya Senin, hari baik tanggal 13 paro-terang bulan Kartika.

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM | Setya Krisna Sumarga
Jejak kuna terlihat di situs Candi Gunung Wukir, Kadiluwih, Salam, Magelang. Prasasti Canggal bertarikh 732 Masehi menyebut di bukit Sthirangga itulah Raja Sanjaya memerintahkan pendirian lingga. Pendirian lingga disertai bangunan suci itu menandai berdirinya kerajaan Medang Mataram di Jawa Tengah. 

Gajah dalam bahasa kuna disebut limar atau liman. Dari penafsiran itulah muncul kata alas (i) liman, yang kemudian disimpulkan sebagai asal usul kata Sleman, yang sekarang berdiri sebagai nama kabupaten di DIY.

Masyarakat di sekitar Bukit Wukir, Dusun Carikan, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang menggelar ritual dan prosesi unik, yakni sedekah Gunung Wukir. Prosesi ini merupakan bentuk penghormatan pada keberadaan benda cagar budaya berupa Candi Canggal atau yang lebih dikenal Candi Gunung Wukir. Selain itu, sebagai bentuk pengenalan kembali sejarah Mataram kuno kepada generasi muda.
Masyarakat di sekitar Bukit Wukir, Dusun Carikan, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang menggelar ritual dan prosesi unik, yakni sedekah Gunung Wukir. Prosesi ini merupakan bentuk penghormatan pada keberadaan benda cagar budaya berupa Candi Canggal atau yang lebih dikenal Candi Gunung Wukir. Selain itu, sebagai bentuk pengenalan kembali sejarah Mataram kuno kepada generasi muda. (Tribun Jogja/Agung Ismiyanto)

Ahli candi Dr Soekmono dalam buku “Candi: Fungsi dan Perananya (2017)” mengulas Prasasti Canggal dan bangunan suci di Gunung Wukir yang didirikan Sanjaya pada 732 Masehi.

Ia menyimpulkan kedua artefak kuna itu berkaitan. Mengutip FDK Bosch, Soemono menyebut usaha seorang raja mendirikan lingga berkaitan dengan penggabungan empat unsur.

Woww! Pohon Super Jumbo di Sleman Ini Konon Ada Sejak Mataram Kuno, Ini Mitos-mitosnya

Unsur-unsur itu terdiri Siwa, lingga, keluarga raja yang memerintah, dan Brahmana terkemuka yang mendampingi. Menurut Bosch yang dikutip Soekmono, ciri dan pengaruh Kamboja sangat kuat dalam konteks ini.

Penjelasan terkait hubungan empat unsur itu sebagai berikut. Raja adalah berkedudukan sebagai wakil Siwa di dunia. Sari kekuasaan dari kedudukannya sebagai raja diwujudkan dalam lambing berbentuk lingga.

Salah satu ritual pembukaan Festival Lima Gunung XV/2016 di Candi Gunung Wukir, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Selasa (19/7/2016).
Salah satu ritual pembukaan Festival Lima Gunung XV/2016 di Candi Gunung Wukir, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Selasa (19/7/2016). (Tribun Jogja/ Azka Ramadhan)

Sedangkan Brahmana adalah perantaranya yang langsung menerima lingga asal dari Siwa dan meneruskan ke pendiri keluarga raja (wangsakara atau cikal bakal kerajaan). Istilahnya sebagai palladium (kuil pelindung kerajaan).

Festival Lima Gunung XV/2016 Dibuka di Puncak Gunung Wukir

Dari penjelasan ini, Soekmono membawa kita semua pada pertanyaan, tidak mungkinkah Candi Gunung Wukir dimaksudkan sebagai candi dewaraja pula oleh Sanjaya sebagai pendiri wangsanya setelah berkuasa.

Pertanyaan ini menemukan jalan sulit di awal ketika sejumlah ahli kuna berbeda penafsiran terkait isi bait yang menyebut kuil suci didirikan di daerah makmur Kunjarakunja yang dilingkungi sungai Gangga dan sungai suci lainnya.

Para pegiat aksi Pasar Paingan tengah melakoni ritual pada upacara pembukaan Festival Lima Gunung XV/2016, di Candi Gunung Wukir, Kabupaten Magelang, Selasa (19/7/16).
Para pegiat aksi Pasar Paingan tengah melakoni ritual pada upacara pembukaan Festival Lima Gunung XV/2016, di Candi Gunung Wukir, Kabupaten Magelang, Selasa (19/7/16). (Tribun Jogja/Azka Ramadhan)

Menurut Hendrik Kern, kuil itu (Candi Wukir) dipindahkan dari Kunjarakunja dank arena itu asal Raja Sanjaya dari Kunjaradari di India Selatan. Pendpaat ini disanggap NJ Krom, yang menyebut kalimat itu hanya perumpamaan belaka.

WF Stutterheim menjelaskan lebih lugas, Kunjarakunjadesa adalah wilayah di sekitar Sthiranga, yang memiliki kemiripan topografi dengan Kunjaradari di India Selatan.

Menilik Relief Fabel Zaman Dinasti Mataram Kuno di Candi Sojiwan

Letak bukit Sthirangga (Wukir) memang di kiri dan kanannya dialiri berbagai sungai besar maupun kecil yang berhulu di Merapi. Ada sungai besar seperti Kali Putih, Blongkeng di kiri dan kanan.

Agak jauh di selatan terdapat Kali Krasak, sekaligus penanda batas wilayah Jateng dan DIY.

Meski mungkin tidak sama persis dengan 1.287 tahun lalu, topografi wilayah saat ini di sekitar Kadiluwih tidak jauh berbeda.

Prasasti Canggal menurut Soekmono merupakan penanda tegas berdirinya candi Siwa sekaligus menandai awal trah Mataram Kuno di bawah Sri Sanjaya pada 732 Masehi.(Tribunjogja.com/Setya Krisna Sumarga)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved