Menelusuri Jejak Awal Mataram Kuno

Menguak Angka Tahun Prasasti Canggal, Penanda Awal Kekuasaan Mataram Kuno

Unsur kelengkapan pertanggalan dalam Prasasti Canggal selain angka tahun disebutkan harinya Senin, hari baik tanggal 13 paro-terang bulan Kartika.

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM | Setya Krisna Sumarga
Jejak kuna terlihat di situs Candi Gunung Wukir, Kadiluwih, Salam, Magelang. Prasasti Canggal bertarikh 732 Masehi menyebut di bukit Sthirangga itulah Raja Sanjaya memerintahkan pendirian lingga. Pendirian lingga disertai bangunan suci itu menandai berdirinya kerajaan Medang Mataram di Jawa Tengah. 

Dalam agama Hindu yang harus didengar adalah empat (4) kitab-kitab Weda (catur weda). Sedangkan Indriya dikenal 5 (lima) Indra (Panca Indra). Sedangkan “rasa” dikenal ada enam rasa (sat rasa).

Prasasti Mataram Kuno Berusia 1.231 Tahun Ini Ditemukan di Kolam Lele di Temanggung

Setelah pengertian dan transliterasi ke angkanya didapat, diperoleh angka 456. Karena Chandra sengkala itu dibaca susun terbalik, diperoleh angka tahun 654 tahun Çaka. Konversi ke tahun Masehi menjadi 732.

Candi Gunung Wukir
Candi Gunung Wukir (tribunjogja/dwinourmahandito)

Itulah angka tahun yang dicantumkan di Prasasti Canggal, ketika Cri Sanjaya atau Raja Sanjaya memerintahkan pendirian lingga di bukit Sthiranga (Gunung Wukir). Lingga itu merupakan perwujudan (personifikasi) tertinggi Dewa Siwa.

Kisah Perang Sengit Kumbhayoni vs Rakai Pikatan Berebut Tahta di Era Mataram Kuno

Adapun menurut Slamet Pinardi, unsur kelengkapan pertanggalan dalam Prasasti Canggal selain angka tahun disebutkan harinya Senin, hari baik tanggal 13 paro-terang bulan Kartika.

Dalam pertanggalan Jawa Kuno satu (1 ) bulan itu dibagi ke-dalam dua (2) waktu, yaitu paro terang dan paro gelap atau çukla paksa dan krsna paksa.

Candi Gunung Wukir
Candi Gunung Wukir (tribunjogja/dwinourmahandito)

Paro terang yaitu tanggal 1 sampai dengan 15, sedangkan paro-gelap yaitu tanggal 16 sampai 30 dan seterusnya. Perhitungan hari berdasarkan peredaran bulan, sedangkan perhitungan bulan berdasarkan peredaran matahari.

Lingga sebagai personifikasi Dewa Siwa mewujud dalam bentuk phallus (simbol kelamin laki-laki). Lingga sebagai personifikasi Siwa itu terdiri tiga bagian, bhaga, yaitu bagian bawah berbentuk segi empat disebut Brahma bhaga.

Candi Gunung Wukir di Dusun Canggal, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Candi Gunung Wukir di Dusun Canggal, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (TRIBUNJOGJA.com | DWI NOURMA HANDITO)

Selanjutnya bagian tengah berbentuk segi delapan (disebut Wisnu bhaga). Sedangkan bagian atas berbentuk silinder (disebut Çiwa bhaga/ Rudra bhaga).

Pendirian lingga di atas bukit Sthirangga juga dapat ditafsirkan sebagai “tugu” peringatan kekuasaan Sañjaya atas kemenangannya terhadap musuh-musuhnya .

Candi Gunung Wukir di Dusun Canggal, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Candi Gunung Wukir di Dusun Canggal, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (TRIBUNJOGJA.com | DWI NOURMA HANDITO)

Dalam bait (pada) 2 sampai dengan bait 6 digambarkan seolah-olah sang raja ibarat sebagai dewa-dewa di dalam agama Hindu. Sedangkan pada bait ke-7 digambarkan Pulau Jawa yang tak ada tandingannya tentang hasil buminya terutama hasil padinya.

Negeri itu juga kaya akan emas; pulau yang penuh dengan tempa-tempat pemujaan suci, terutama pemujaan “lingga” yang didirikan di daerah suci yang bernama Kuñjarakuñja, untuk keselamatan rakyat dan dunia.

Misteri Candi-candi yang Saling Membelakangi, Mungkinkah Ini Petunjuk Ibukota Mataram Kuno?

Di antara tempat-tempat yang suci untuk pendirian Lingga tersebut bernama Kuñjara-kuñja-deça atau daerah Kuñjara-kuñja.

Mengenai lokasi tempat tersebut menjadi perdebatan para ahli,antara lain Hendrik Kern yang kemudian juga dianut oleh NJ Krom yang mengatakan daerah tersebut boleh jadi di Hindustan Selatan.

Candi Gunung Wukir
Candi Gunung Wukir (tribunjogja/dwinourmahandito)

Pendapat ini dibantah WF Stutterheim. Poerbatjaraka menegaskan kunjarakunjadesa itu sebuah perumpamaan belaka, guna mendeskripsikan asal usul Rsi Agastya sebagai penyebar agama Siwa di Nusantara.

Daerah Sthirangga berada yang didirikan lingga oleh Sanjaya, dilukiskan menyerupai wilayah Kunjaradari di Hindustan Selatan. Lebih jauh lagi Poerbatjaraka mengajukan penafsiran “kerata basa” Kunjarakunjadesa sebagai alas atau hutan gajah.

Mungkinkah Areal Pabrik Ini Menyimpan Jawaban Misteri Besar Sejarah Mataram Kuno?

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved