Menelusuri Jejak Awal Mataram Kuno

Menguak Angka Tahun Prasasti Canggal, Penanda Awal Kekuasaan Mataram Kuno

Unsur kelengkapan pertanggalan dalam Prasasti Canggal selain angka tahun disebutkan harinya Senin, hari baik tanggal 13 paro-terang bulan Kartika.

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM | Setya Krisna Sumarga
Jejak kuna terlihat di situs Candi Gunung Wukir, Kadiluwih, Salam, Magelang. Prasasti Canggal bertarikh 732 Masehi menyebut di bukit Sthirangga itulah Raja Sanjaya memerintahkan pendirian lingga. Pendirian lingga disertai bangunan suci itu menandai berdirinya kerajaan Medang Mataram di Jawa Tengah. 

Menguak Angka Tahun Prasasti Canggal, Penanda Awal Kekuasaan Mataram Kuno

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANGPrasasti Canggal ditemukan di bukit atau Gunung Wukir pada tahun 1879.

Berbentuk stela batu, bagian terbesar inskripsi itu konon ditemukan di lereng bukit masuk wilayah Dusun Canggal, Desa Kadiluwih, Salam, Magelang.

Baca artikel sebelumnya :

Petirtaan Kuna Mantingan Indikasi Kuat Awal Kejayaan Mdang di Wilayah Magelang

Potongan kecilnya, ditemukan terpisah di dekat pintu masuk halaman candi yang dibangun Raja Sanjaya. Prasasti sangat penting itu kini ditempatkan di ruang koleksi utama Museum Nasional Jakarta (Museum Gajah).

Masyarakat di sekitar Bukit Wukir, Dusun Carikan, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang menggelar ritual dan prosesi unik, yakni sedekah Gunung Wukir. Prosesi ini merupakan bentuk penghormatan pada keberadaan benda cagar budaya berupa Candi Canggal atau yang lebih dikenal Candi Gunung Wukir. Selain itu, sebagai bentuk pengenalan kembali sejarah Mataram kuno kepada generasi muda.
Masyarakat di sekitar Bukit Wukir, Dusun Carikan, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang menggelar ritual dan prosesi unik, yakni sedekah Gunung Wukir. Prosesi ini merupakan bentuk penghormatan pada keberadaan benda cagar budaya berupa Candi Canggal atau yang lebih dikenal Candi Gunung Wukir. Selain itu, sebagai bentuk pengenalan kembali sejarah Mataram kuno kepada generasi muda. (Tribun Jogja/ Agung Ismiyanto)

Ia ditempatkan di pojok ruangan lantai tiga gedung utama, berdekatan dengan Prasasti Pereng, Prasasti Kelurak, dan prasasti-prasasti lain yang kondisinya masih sangat baik.

Dalam pembacaan berbagai ahli kuna, angka tahunnya terbaca sama, 654 Saka atau 732 Masehi.

Mengenalkan Sejarah Lewat Sedekah Gunung Wukir

Tiga ahli sejarah kuno Belanda, Hendrik Kern, NJ Krom, FDK Bosch, begitu pula ahli kesusastraan kuna Prof Poerbotjaraka dan epigraf Dr Boechari, tidak memiliki perbedaan terkait angka tahun Prasasti Canggal.

Prasasti ini tercatat sebagai prasasti pertama yang angka tahunnya tidak dituliskan dalam angka. Melainkan menggunakan chandra sengkala atau sengkalan.

Ini cara kuno mencantumkan angka menggunakan frasa kalimat.

Jejak kuna terlihat di situs Candi Gunung Wukir, Kadiluwih, Salam, Magelang. Prasasti Canggal bertarikh 732 Masehi menyebut di bukit Sthirangga itulah Raja Sanjaya memerintahkan pendirian lingga. Pendirian lingga disertai bangunan suci itu menandai berdirinya kerajaan Medang Mataram di Jawa Tengah.
Jejak kuna terlihat di situs Candi Gunung Wukir, Kadiluwih, Salam, Magelang. Prasasti Canggal bertarikh 732 Masehi menyebut di bukit Sthirangga itulah Raja Sanjaya memerintahkan pendirian lingga. Pendirian lingga disertai bangunan suci itu menandai berdirinya kerajaan Medang Mataram di Jawa Tengah. (TRIBUNJOGJA.COM | Setya Krisna Sumarga)

Lalu bagaimana misteri angka tahun di Prasasti Canggal itu dipecahkan?

Drs Slamet Pinardi MHum, arkeolog dan pegiat Komunitas Masyarakat Pecinta Warisan Medang (Medang Heritage Society) Yogyakarta menjelaskan dalam sebuah diskusi di UGM empat tahun lalu.

Kutipan Prasasti Pucangan yang Berisi Catatan Petaka Besar Mengerikan di Tanah Jawa

Secara rumus penulisan prasasti kuno, angka tahun biasanya dicantumkan di bagian awal kalimat. Di Prasasti Canggal yang menggunakan bahasa Sansekerta dalam aksara Pallawa, Chandra sengkala itu dicantumkan di kalimat pertama.

Jejak kuna terlihat di situs Candi Gunung Wukir, Kadiluwih, Salam, Magelang. Prasasti Canggal bertarikh 732 Masehi menyebut di bukit Sthirangga itulah Raja Sanjaya memerintahkan pendirian lingga. Pendirian lingga disertai bangunan suci itu menandai berdirinya kerajaan Medang Mataram di Jawa Tengah.
Jejak kuna terlihat di situs Candi Gunung Wukir, Kadiluwih, Salam, Magelang. Prasasti Canggal bertarikh 732 Masehi menyebut di bukit Sthirangga itulah Raja Sanjaya memerintahkan pendirian lingga. Pendirian lingga disertai bangunan suci itu menandai berdirinya kerajaan Medang Mataram di Jawa Tengah. (TRIBUNJOGJA.COM | Setya Krisna Sumarga)

Kita kutipkan pait pertama prasasti tersebut. “çākendre’tigete çrutīndriya-rasair ankikrteatsare. vārendau dhavala trayodaçi-tithau bhadrottare kartike, lagne kumbhamaye sthīranga-vidite prāstisthipat parvate, lingam laksana-laksitamnarapatiç çri Sañjayaç çantaye.”

Belajar Aksara Kawi, Membaca Prasasti, Menelisik Asal Usul Kota Magelang

Dari bait pertama dari 12 pupuh, kalimatnya diawali penyebutan tahun Saka yang telah berlalu, diikuti frasa kalimat “cruti-indriya-rasa”. Kata Çruti = angka 4, karena kata Çru dalam bahasa Sanskerta berarti “mendengar”.

Jejak kuna terlihat di situs Candi Gunung Wukir, Kadiluwih, Salam, Magelang. Prasasti Canggal bertarikh 732 Masehi menyebut di bukit Sthirangga itulah Raja Sanjaya memerintahkan pendirian lingga. Pendirian lingga disertai bangunan suci itu menandai berdirinya kerajaan Medang Mataram di Jawa Tengah.
Jejak kuna terlihat di situs Candi Gunung Wukir, Kadiluwih, Salam, Magelang. Prasasti Canggal bertarikh 732 Masehi menyebut di bukit Sthirangga itulah Raja Sanjaya memerintahkan pendirian lingga. Pendirian lingga disertai bangunan suci itu menandai berdirinya kerajaan Medang Mataram di Jawa Tengah. (TRIBUNJOGJA.COM | Setya Krisna Sumarga)

Dalam agama Hindu yang harus didengar adalah empat (4) kitab-kitab Weda (catur weda). Sedangkan Indriya dikenal 5 (lima) Indra (Panca Indra). Sedangkan “rasa” dikenal ada enam rasa (sat rasa).

Prasasti Mataram Kuno Berusia 1.231 Tahun Ini Ditemukan di Kolam Lele di Temanggung

Setelah pengertian dan transliterasi ke angkanya didapat, diperoleh angka 456. Karena Chandra sengkala itu dibaca susun terbalik, diperoleh angka tahun 654 tahun Çaka. Konversi ke tahun Masehi menjadi 732.

Candi Gunung Wukir
Candi Gunung Wukir (tribunjogja/dwinourmahandito)

Itulah angka tahun yang dicantumkan di Prasasti Canggal, ketika Cri Sanjaya atau Raja Sanjaya memerintahkan pendirian lingga di bukit Sthiranga (Gunung Wukir). Lingga itu merupakan perwujudan (personifikasi) tertinggi Dewa Siwa.

Kisah Perang Sengit Kumbhayoni vs Rakai Pikatan Berebut Tahta di Era Mataram Kuno

Adapun menurut Slamet Pinardi, unsur kelengkapan pertanggalan dalam Prasasti Canggal selain angka tahun disebutkan harinya Senin, hari baik tanggal 13 paro-terang bulan Kartika.

Dalam pertanggalan Jawa Kuno satu (1 ) bulan itu dibagi ke-dalam dua (2) waktu, yaitu paro terang dan paro gelap atau çukla paksa dan krsna paksa.

Candi Gunung Wukir
Candi Gunung Wukir (tribunjogja/dwinourmahandito)

Paro terang yaitu tanggal 1 sampai dengan 15, sedangkan paro-gelap yaitu tanggal 16 sampai 30 dan seterusnya. Perhitungan hari berdasarkan peredaran bulan, sedangkan perhitungan bulan berdasarkan peredaran matahari.

Lingga sebagai personifikasi Dewa Siwa mewujud dalam bentuk phallus (simbol kelamin laki-laki). Lingga sebagai personifikasi Siwa itu terdiri tiga bagian, bhaga, yaitu bagian bawah berbentuk segi empat disebut Brahma bhaga.

Candi Gunung Wukir di Dusun Canggal, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Candi Gunung Wukir di Dusun Canggal, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (TRIBUNJOGJA.com | DWI NOURMA HANDITO)

Selanjutnya bagian tengah berbentuk segi delapan (disebut Wisnu bhaga). Sedangkan bagian atas berbentuk silinder (disebut Çiwa bhaga/ Rudra bhaga).

Pendirian lingga di atas bukit Sthirangga juga dapat ditafsirkan sebagai “tugu” peringatan kekuasaan Sañjaya atas kemenangannya terhadap musuh-musuhnya .

Candi Gunung Wukir di Dusun Canggal, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Candi Gunung Wukir di Dusun Canggal, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (TRIBUNJOGJA.com | DWI NOURMA HANDITO)

Dalam bait (pada) 2 sampai dengan bait 6 digambarkan seolah-olah sang raja ibarat sebagai dewa-dewa di dalam agama Hindu. Sedangkan pada bait ke-7 digambarkan Pulau Jawa yang tak ada tandingannya tentang hasil buminya terutama hasil padinya.

Negeri itu juga kaya akan emas; pulau yang penuh dengan tempa-tempat pemujaan suci, terutama pemujaan “lingga” yang didirikan di daerah suci yang bernama Kuñjarakuñja, untuk keselamatan rakyat dan dunia.

Misteri Candi-candi yang Saling Membelakangi, Mungkinkah Ini Petunjuk Ibukota Mataram Kuno?

Di antara tempat-tempat yang suci untuk pendirian Lingga tersebut bernama Kuñjara-kuñja-deça atau daerah Kuñjara-kuñja.

Mengenai lokasi tempat tersebut menjadi perdebatan para ahli,antara lain Hendrik Kern yang kemudian juga dianut oleh NJ Krom yang mengatakan daerah tersebut boleh jadi di Hindustan Selatan.

Candi Gunung Wukir
Candi Gunung Wukir (tribunjogja/dwinourmahandito)

Pendapat ini dibantah WF Stutterheim. Poerbatjaraka menegaskan kunjarakunjadesa itu sebuah perumpamaan belaka, guna mendeskripsikan asal usul Rsi Agastya sebagai penyebar agama Siwa di Nusantara.

Daerah Sthirangga berada yang didirikan lingga oleh Sanjaya, dilukiskan menyerupai wilayah Kunjaradari di Hindustan Selatan. Lebih jauh lagi Poerbatjaraka mengajukan penafsiran “kerata basa” Kunjarakunjadesa sebagai alas atau hutan gajah.

Mungkinkah Areal Pabrik Ini Menyimpan Jawaban Misteri Besar Sejarah Mataram Kuno?

Gajah dalam bahasa kuna disebut limar atau liman. Dari penafsiran itulah muncul kata alas (i) liman, yang kemudian disimpulkan sebagai asal usul kata Sleman, yang sekarang berdiri sebagai nama kabupaten di DIY.

Masyarakat di sekitar Bukit Wukir, Dusun Carikan, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang menggelar ritual dan prosesi unik, yakni sedekah Gunung Wukir. Prosesi ini merupakan bentuk penghormatan pada keberadaan benda cagar budaya berupa Candi Canggal atau yang lebih dikenal Candi Gunung Wukir. Selain itu, sebagai bentuk pengenalan kembali sejarah Mataram kuno kepada generasi muda.
Masyarakat di sekitar Bukit Wukir, Dusun Carikan, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang menggelar ritual dan prosesi unik, yakni sedekah Gunung Wukir. Prosesi ini merupakan bentuk penghormatan pada keberadaan benda cagar budaya berupa Candi Canggal atau yang lebih dikenal Candi Gunung Wukir. Selain itu, sebagai bentuk pengenalan kembali sejarah Mataram kuno kepada generasi muda. (Tribun Jogja/Agung Ismiyanto)

Ahli candi Dr Soekmono dalam buku “Candi: Fungsi dan Perananya (2017)” mengulas Prasasti Canggal dan bangunan suci di Gunung Wukir yang didirikan Sanjaya pada 732 Masehi.

Ia menyimpulkan kedua artefak kuna itu berkaitan. Mengutip FDK Bosch, Soemono menyebut usaha seorang raja mendirikan lingga berkaitan dengan penggabungan empat unsur.

Woww! Pohon Super Jumbo di Sleman Ini Konon Ada Sejak Mataram Kuno, Ini Mitos-mitosnya

Unsur-unsur itu terdiri Siwa, lingga, keluarga raja yang memerintah, dan Brahmana terkemuka yang mendampingi. Menurut Bosch yang dikutip Soekmono, ciri dan pengaruh Kamboja sangat kuat dalam konteks ini.

Penjelasan terkait hubungan empat unsur itu sebagai berikut. Raja adalah berkedudukan sebagai wakil Siwa di dunia. Sari kekuasaan dari kedudukannya sebagai raja diwujudkan dalam lambing berbentuk lingga.

Salah satu ritual pembukaan Festival Lima Gunung XV/2016 di Candi Gunung Wukir, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Selasa (19/7/2016).
Salah satu ritual pembukaan Festival Lima Gunung XV/2016 di Candi Gunung Wukir, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Selasa (19/7/2016). (Tribun Jogja/ Azka Ramadhan)

Sedangkan Brahmana adalah perantaranya yang langsung menerima lingga asal dari Siwa dan meneruskan ke pendiri keluarga raja (wangsakara atau cikal bakal kerajaan). Istilahnya sebagai palladium (kuil pelindung kerajaan).

Festival Lima Gunung XV/2016 Dibuka di Puncak Gunung Wukir

Dari penjelasan ini, Soekmono membawa kita semua pada pertanyaan, tidak mungkinkah Candi Gunung Wukir dimaksudkan sebagai candi dewaraja pula oleh Sanjaya sebagai pendiri wangsanya setelah berkuasa.

Pertanyaan ini menemukan jalan sulit di awal ketika sejumlah ahli kuna berbeda penafsiran terkait isi bait yang menyebut kuil suci didirikan di daerah makmur Kunjarakunja yang dilingkungi sungai Gangga dan sungai suci lainnya.

Para pegiat aksi Pasar Paingan tengah melakoni ritual pada upacara pembukaan Festival Lima Gunung XV/2016, di Candi Gunung Wukir, Kabupaten Magelang, Selasa (19/7/16).
Para pegiat aksi Pasar Paingan tengah melakoni ritual pada upacara pembukaan Festival Lima Gunung XV/2016, di Candi Gunung Wukir, Kabupaten Magelang, Selasa (19/7/16). (Tribun Jogja/Azka Ramadhan)

Menurut Hendrik Kern, kuil itu (Candi Wukir) dipindahkan dari Kunjarakunja dank arena itu asal Raja Sanjaya dari Kunjaradari di India Selatan. Pendpaat ini disanggap NJ Krom, yang menyebut kalimat itu hanya perumpamaan belaka.

WF Stutterheim menjelaskan lebih lugas, Kunjarakunjadesa adalah wilayah di sekitar Sthiranga, yang memiliki kemiripan topografi dengan Kunjaradari di India Selatan.

Menilik Relief Fabel Zaman Dinasti Mataram Kuno di Candi Sojiwan

Letak bukit Sthirangga (Wukir) memang di kiri dan kanannya dialiri berbagai sungai besar maupun kecil yang berhulu di Merapi. Ada sungai besar seperti Kali Putih, Blongkeng di kiri dan kanan.

Agak jauh di selatan terdapat Kali Krasak, sekaligus penanda batas wilayah Jateng dan DIY.

Meski mungkin tidak sama persis dengan 1.287 tahun lalu, topografi wilayah saat ini di sekitar Kadiluwih tidak jauh berbeda.

Prasasti Canggal menurut Soekmono merupakan penanda tegas berdirinya candi Siwa sekaligus menandai awal trah Mataram Kuno di bawah Sri Sanjaya pada 732 Masehi.(Tribunjogja.com/Setya Krisna Sumarga)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved