Jawa
Belajar Aksara Kawi, Membaca Prasasti, Menelisik Asal Usul Kota Magelang
Penduduk Magelang atau Mantyasih telah memiliki identitas atau jati diri yang kuat sejak awal abad X, atau sekitar tahun 900 Masehi.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Suasana tampak berbeda di Pendopo Mantyasih, di Meteseh, Kota Magelang, Minggu (7/4/2019).
Puluhan masyarakat yang terdiri dari pegiat komunitas, guru sejarah, budayawan, dan masyarakat umum, berkumpul di sana untuk belajar aksara kawi.
Mereka mempelajari aksara jawa kuno tersebut dan membedah isi tulisan dari prasasti Mantyasih, Poh dan Gilikan yang membuka tabir asal usul hari jadi Kota Magelang.
Seorang pegiat arkeologi, Goenawan A Sambodo, memberikan pencerahan sejarah akan asal usul Kota Magelang kepada para peserta dalam acara 'Sinau Aksara Jawa Kuna' yang diselenggarakan oleh Komuntas Pecinta Aksara Kawi (Taksaka).
Baca: 8 Langkah Mudah Quick and Fresh Make Up Look dari Emina Cosmetics
Desa Mantyasih seperti yang disebutkan dalam tiga prasasti Mantyasih, Poh dan Gilikan menjadi cikal bakal kota ini berdiri.
Seperti dalam Prasasti Mantyasih I.
Prasasti tembaga kedu berangka tahun 829 Caka atau tepatnya 11 April 907 Masehi itu disebutkan bahwa terdapat sebuah desa bernama Mantyasih yang ditetapkan sebagai Sima oleh Raja Dyah Balitung.
Sima sendiri adalah sebuah daerah yang bebas pajak karena rakyatnya telah melakukan banyak hal baik untuk raja, dan melakukan pemujaan kepada Bhatara.
"Mantyasih, Poh dan Gilikan ini yang menjadi dasar penetapan hari jadi Kota Magelang, khususnya Prasasti Mantyasih I. Setelah dikonversi bertanggal 11 April 907 Masehi. Di Prasasti Mantyasih 1, Poh dan Gilikan, disebutkan Desa Mantyasih. Dalam prasasti Manyasih I sendiri, Desa itu menjadi Sima. Penetapan menjadi sima itu tanggal 11 April 907 Masehi yang kemudian diusulkan dan diajukan sebagai salah satu pilihan hari jadi kota magelang," beber Goenawan pada Tribunjogja.com.
Baca: KJP Fajar Mungkid Magelang Kini Miliki Alat USG 4 Dimensi
Dikatakannya, dalam prasasti-prasasati tersebut disebutkan sejumlah nama desa atau daerah yang sama, yakni Mantyasih, Galang, dan Glanggang.
Seperti yang tertulis di Prasasti Poh; Desa Mantyasih di Prasasti Mantyasih I, dan Desa Glam di Prasasti Gilikan I.
Beberapa nama desa yang disebutkan dalam ketiga prasasti itu pun masih ada yang dikenal sampai sekarang.
Geonawan merujuk makalah yang ditulis oleh MM Sukarto K Atmodjo, berjudul 'Sekitar Masalah Hari Jadi Magelang' tertanggal 18 Juni 1988.
Ganjar Pranowo Buka Suara Terkait Pelarangan Dirinya ke Luar Jawa Tengah |
![]() |
---|
LBH Yogyakarta Sebut Status 3 Warga Wadas yang Diamankan Naik ke Penyidikan |
![]() |
---|
Ganjar Pranowo dan Gibran Rakabuming Raka Ikut Serta dalam Tour de Borobudur |
![]() |
---|
Klaten Usulkan Bukit Sidoguro dan Candi Plaosan Miliki Barcode Aplikasi PeduliLindungi |
![]() |
---|
Sujud Syukur Warnai Kedatangan Pesilat Klaten yang Nazar Lari dari Salatiga ke Trucuk |
![]() |
---|