Kisah Pilu Tukang Becak Berkaki Satu di Yogyakarta, Ikhlas Jalani Profesi Meski Fisik Tak Sempurna
Kisah Pilu Tukang Becak Berkaki Satu di Yogyakarta, Ikhlas Jalani Profesi Meski Fisik Tak Sempurna
Penulis: Andreas Desca | Editor: Hari Susmayanti
Terdengar tariakan 'bapak', dari mulut mungil anak tersebut saat menghampiri Wawan yang tengah duduk dalam becaknya.
"Itu bukan anak saya, saya cuma bantu merawat saja. Sebenarnya itu anak teman saya, tapi sekarang sudah meninggal," jelasnya.
Wawan menceritakan bahwa dia selama ini membantu memberikan sedikit uang yang didapatkannya untuk kebutuhan anak tersebut.
"Kasian, bapaknya sudah nggak ada. Nggak ada yang perduli juga sama mereka," ujarnya.
Saat ditanya kesehariannya, Wawan mengakui bahwa dia tidur di becaknya.
"Sehari-hari saya tidur di becak ini, kalo kangen sama pakdhe baru pulang kerumah," tuturnya.
Wawan juga menceritakan jika sekarang penghasilannya tidak menentu.
"Kadang dapat 20.000 kadang 50.000, bahkan kadang nggak dapat apa-apa," jelasnya.
• Baru Dibuka, Warga Antusias Kunjungi Big Bad Wolf Yogyakarta
Walaupun demikian dia tetap bersyukur, di luar sana masih banyak orang yang perduli dengan kondisinya.
"Syukurlah mas, terkadang ada yang beri lebih padahal saya nggak matok harga. Sukarela saja," ujarnya.
Wawan juga mengakui bahwa kruk yang dibawanya merupakan hadiah dari seorang penumpang.
"Ini kruk juga dari penumpang 2 tahun lalu, dulu saya antar ke pasar. Malah di bawa ke rumah sakit, karena bekas operasi pertama masih sering terasa sakit," katanya.
"Itu saya dibawa ke Panti Rapih, operasi lagi. Di sana tiga hari, pulang-pulang saya ngga boleh turun dari mobil. Malah diajak beli kruk," pungkasnya. (Tribunjogja.com | Andreas Desca Budi Gunawan )