Kronologi Terbongkarnya Kebohongan Dwi Hartanto, 6 Fakta Kebohongan dan Permohonan Maafnya
Ia juga disebut sebagai “Penerus Habibie”, Presiden Ke-3 Indonesia dan tokoh besar dalam bidang teknologi
Hal lainnya yang saya lakukan adalah mengontak seorang pengurus i-4 yang dekat dengan keluarga mantan Presiden B.J Habibie yang telah lama saya kenal. Saya menanyakan tentang pertemuan antara Bapak B.J. Habibie dengan Dwi Hartanto. Dari perbincangan saya ini dikabari bahwa pertemuan tersebut bukanlah atas permintaan mantan Presiden R.I ke 3 ini. Selain itu, pertemuan informal tersebut dihadiri oleh banyak orang dan tidak ada pembicaraan khusus mengenai aerospace engineering antara Bapak B.J. Habibie dengan Dwi Hartanto seperti banyak diberitakan oleh media.
Menarik pelajaran dari kejadian ini
Kesalahan atau kealpaan adalah hal wajar yang dilakukan oleh setiap insan manusia termasuk ilmuwan. Saya memaklumi kesalahan yang dilakukan oleh Dwi Hartanto meskipun dia tetap mesti bertanggung jawab atas kesalahannya tersebut. Kita pun mesti belajar dari kesalahan Dwi Hartanto dan berupaya agar kesalahan serupa tidak berulang dan merugikan banyak pihak.
Kasus Dwi Hartanto ini tidak terlepas dari peran media massa yang tidak melakukan pengecekan terhadap berita yang dimuat.
Integritas wartawan yang memberitakan atau menyiarkan berita bohong mesti dipertanyakan. Berita bohong adalah sumber dari beragam penyakit di masyarakat. Kita pun sebagai masyarakat pembaca mesti bersikap kritis bilamana ditemukan adanya kejanggalan dalam isi berita yang disampaikan.
Kedutaan besar Indonesia di berbagai belahan dunia melalui Atase Pendidikan dan Kebudayaan semestinya membuat data mengenai keberadaan ilmuwan asal Indonesia di negaranya masing-masing. Data ilmuwan tersebut seyogyanya diperbaharui setiap saat.
Keberadaan data ilmuwan ini tentunya akan memberikan manfaat banyak bagi banyak pihak termasuk wartawan yang ingin menulis berita tentang ilmuwan Indonesia.
Saya ambil contoh KBRI di Washington DC yang sudah memuat data ilmuwan Indonesia di Amerika Serikat seperti terlihat di http://education.embassyofindonesia.org/indonesia-facultie…/
Hal positif yang ditemui di kasus ini adalah bahwa masyarakat Indonesia haus dengan berita inspiratif tentang warga Indonesia yang berprestasi tinggi di luar negeri. Saya mengenal cukup banyak ilmuwan Indonesia di luar negeri yang berprestasi tinggi dan menemukan karakter ilmuwan-ilmuwan tersebut yang sangat membanggakan. Mereka terus berprestasi di bidangnya masing-masing dan tidak meminta media massa untuk memberitakan prestasinya. Mereka bekerja dan berkarya untuk kemajuan bidang keilmuannya agar memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kemajuan peradaban manusia -- dan bukan untuk mencari ketenaran yang sifatnya hanya sementara saja.
Demikian hal yang dapat saya sampaikan dan besar harapan saya agar tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Bilamana ada hal-hal yang ingin ditanyakan berkaitan dengan tulisan ini silakan hubungi saya, Dr. Deden Rukmana, Professor and Coordinator of Urban Studies and Planning at Savannah State University, Savannah, GA 31404, United States, email rukmanad@savannahstate.edu atau twitter @dedenrukmana. (*)
Berita ini sudah tayang di Tribun Timur dengan judul 6 Kebohongan Dwi Hartanto, Mata Najwa pun Dikelabui