Kekerasan dalam Diksar Mapala UII
UII Waktunya Berubah!
Mereka melihat kampus hanya sebagai tempat belajar semata bukan lagi tempat untuk berkarya, berlatih dan menggerakkan kepedulian.
Pusat perhatian beralih ke UKM yang memang bisa melejitkan prestasi kampus di publik: seperti UKM debat, UKM karya ilmiah hingga UKM wirausaha.
Organisasi mahasiswa seperti Mapala, BEM hingga Pers Mahasiswa minim perhatian. Malah ada Pers mahasiswa dibredeil Rektornya sendiri.
Padahal Organisasi Mahasiswa jenis terakhir inilah yang banyak mengembangkan kematangan, kepedulian dan belajar pengurbanan.
Maka tragedi UII hanya sebuah percikan dari suasana kampus yang sesungguhnya dimana-mana sedang berubah.
Kurangnya perhatian pada organisasi mahasiswa itulah fakta terpentingnya. Selama ini seakan kampus cukup dengan memberi dukungan dana kemudian kalau tak cocok diperingatkan.
Kampus tak berusaha memahami apa yang mereka kerjakan, bimbingan seperti apa yang dibutuhkan dan bagaimana membuat orientasi peran mereka jadi bermakna.
Jika kekerasan telah jadi bagian dari pellatihan hingga menimbulkan korban tewas maka bukan hanya pelaku yang bertanggung jawab tapi institusi mustinya juga berkaca.
Pihak berwenang seperti Rektor hingga PR III semustinya merasa turut andil karena merekalah pejabat yang berwenang dan membina.
Mahasiswa ini memang sudah dewasa tapi itu bukan berarti mereka kemudian dibiarkan tanpa dikendalikan apalagi diajak bicara sama sekali.
Proses memahami, mengenal dan saling memberi masukan itulah yang sebaiknya ada dalam dunia pendidikan tinggi.
Kita tentu menyesali kejadian ini dan mungkin melalui kejadian inilah semua kampus sebaiknya mencoba memberi suasana yang lebih terbuka pada organisasi dan gerakan mahasiswa.
Sebab hanya melalui pintu organisasi mahasiswa itulah anak belajar tentang segala hal: kepemimpinan, kepedulian dan kerja sama.
Bagi UII ini memang musibah yang berat: andai saya jadi orang tua entah bagaimana perasaan melihat tunas muda itu harus layu sebelum mekar.
Rektor UII telah mengundurkan diri. Tindakan terpuji dan patut diapresiasi. Tapi soalnya tak berhenti sampai disitu: kepercayaan publik bisa menurun kalau soal ini tak dibongkar dan dibuka ke publik.
Baiknya UII membentuk tim investigasi independen yang dipimpin oleh sosok yang dipercaya publik. UII kebetulan punya stok itu: Busyro Muqodas, Mahfud MD hingga Artidjo bisa diminta memimpinya.