Dahsyatnya Letusan Gunung Tambora Menyebabkan Hujan Lebat di Seantero Eropa
letusan Tambora telah mengubah sejarah Eropa, terutama setelah peperangan di Waterloo
Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.com - Dr Matthew Genge dari Imperial College London menerbitkan hasil temuannya dalam jurnal Geology pada Rabu (22/8/2018).
Laporan ilmiah itu berisi analisa bagaimana dampak letusan dahsyat Gunung Tambora hingga menyebabkan dunia 'lumpuh'.
Gelegar Letusan Gunung Krakatau 1883 : Suara Dahsyat yang Mengelilingi Dunia 4 Kali
Bersamaan dengan itu, diperoleh pula bukti-bukti keterkaitan antara letusan Gunung Tambora dengan kekalahan Napoleon Bonaparte pada perang di Waterloo saat melawan tentara sekutu.

Jejak Peradaban dalam Peringatan 200 Tahun Letusan Gunung Tambora
Dikutip TRIBUNJOGJA.com dari MAIL ONLINE, muntahan abu vulkanik yang mengandung listrik Gunung Tambora melesat ke atmosfir bumi hingga menyebabkan memburuknya cuaca global. Bahkan letusan ini telah mengubah sejarah Eropa, terutama setelah peperangan di Waterloo.
Para sejarawan sebenarnya sudah sejak lama mengetahui bahwa Napoleon Bonaparte dikalahkan tentara sekutu lantaran kondisi cuaca buruk. Medan perang menjadi berlumpur akibat turunnya hujan deras yang membantu gerakan tentara sekutu untuk mengendap-endap dalam medan yang basah.
Ditemukan Tulang Prajurit Pada Perang Besar Saat Tambora Meletus
Kini para sejarawan kian percaya bahwa Gunung Tambora di Pulau Sumbawa yang meletus dua bulan sebelum peperangan itulah yang telah mengantarkan dunia pada 'Tahun Tanpa Musim Panas' pada 1816.
Akibat letusan itulah turun hujan lebat di Eropa hingga menguntungkan pasukan sekutu dalam mengalahkan Napoleon Bonaparte.
Temuan ini dipublikasikan hari Rabu (22/8) dalam Jurnal Geologi.
Dua Letusan Gunung Api di Indonesia yang Lebih Dahsyat dari Erupsi Gunung Krakatau 1883
Karya tulis tersebut menunjukkan bahwa letusan telah menghempaskan abu jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya ke atmosfer - hingga 100 kilometer di atas tanah.
"Penelitian saya, bagaimanapun, menunjukkan bahwa abu vulkanik dapat didorong ke atmosfer oleh kekuatan listrik," ungkap Dr Grenge.
Mengenang Letusan Dahsyat Gunung Krakatau yang Membuat Dunia Gelap dan Memisahkan Jawa-Sumatera
Serangkaian percobaan menunjukkan bahwa kekuatan elektrostatik dapat mengangkat abu jauh lebih tinggi daripada dengan daya apung sendiri.
Dr Genge menciptakan sebuah model untuk menghitung seberapa jauh abu vulkanik yang bermuatan bisa naik, dan menemukan bahwa partikel yang lebih kecil dari 0,2 juta meter dalam diameter bisa mencapai ionosfer selama erupsi besar.
Gumpalan dan abu vulkanik keduanya dapat memiliki muatan listrik negatif dan dengan demikian mendorongnya tinggi di atmosfer.
"Efeknya sangat mirip seperti dua magnet didorong menjauh satu sama lain jika kutub mereka cocok," tambahnya.
Hasil eksperimen ini konsisten dengan catatan sejarah dari letusan lainnya.
Saat Krakatau Menggelegar Mengoyak Langit, Menghujam Laut Membangkitkan Tsunami Paling Mematikan