Saat Krakatau Menggelegar Mengoyak Langit, Menghujam Laut Membangkitkan Tsunami Paling Mematikan

Letusan Krakatau pada Agustus 1883 tercatat sebagai letusan gunung api Terdahsyat dalam Sejarah modern

Editor: Mona Kriesdinar
Wikimedia Common / CC BY-SA 3.0
Ilustrasi letusan dahsyat Gunung Krakatau 

TRIBUNJOGJA.COM - Letusan Gunung Krakatau pada 26 dan 27 Agustus 1883, dikategorikan sebagai letusan gunung api paling mematikan dalam sejarah modern. Bagaimana tidak, 36 ribu orang tewas akibat letusan super dahsyat ini. 

Sebagian besar korban jiwa meninggal akibat luka bakar awan panas, sementara lainnya meninggal akibat terjangan gelombang tsunami yang dipicu longsoran gunung ke dalam laut. 

Baca: Inilah Sensasi Letusan Super Krakatau di Buku Simon Winchester

Ini merupakan tsunami terdahsyat di kawasan Samudera Hindia . Suara letusannya terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, sejauh 4.653 kilometer. 

Sementara daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II. 

Baca: Inilah Deretan 10 Gempa Terdahsyat yang Tercatat dalam Sejarah Dunia

Tak hanya itu, letusan Gunung Krakatau juga memengaruhi iklim global yang memicu turunnya suhu udara di seluruh dunia. 

Wajar saja, dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.

Baca: Jejak Peradaban dalam Peringatan 200 Tahun Letusan Gunung Tambora

Sebagaimana dikutip TRIBUNJOGJA.COM, dari LIVE SCIENCE, Gunung Krakatau tercipta dari aktivitas geologis di zona subduksi pertemuan lempeng Indo Australia. Dimana lempeng Australia secara aktif mendorong lempeng Asia. 

Sebelum letusan tersebut, Gunung Krakatau memiliki tiga puncak aktif terdiri atas Gunung Rakata, Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan. Rakata sendiri merupakan Kaldera yang tersisa dari letusan dahsyat Krakatau Purba.

Berdasarkan catatan, Gunung Krakatau pernah meletus pada tahun 1680 menghasilkan lava andesitik asam. Lalu pada tahun 1880, Gunung Perbuwatan aktif mengeluarkan lava meskipun tidak meletus. 

Setelah masa itu, tidak ada lagi aktivitas vulkanis di Krakatau hingga 20 Mei 1883. Pada hari itu, setelah 200 tahun tertidur, terjadi ledakan kecil pada Gunung Krakatau. Itulah tanda-tanda awal bakal terjadinya letusan dahsyat di Selat Sunda. Ledakan kecil ini kemudian disusul dengan letusan-letusan kecil yang puncaknya terjadi pada 26-27 Agustus 1883.

Tanda - tanda awalnya erupsi disaksikan oleh seorang kapten kapal perang Jerman, Elizabeth. Ia menyaksikan abu vulkanik setinggi sekitar 9,6 kilometer. 

Dua bulan kemudian, catatan mengungkap kesaksian sejumlah pelaut kapal komersial yang mendengar suara seperti petir menggelegar berkali-kali.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved