Bantul
Macapat 72 Jam Nonstop di Bantul, Tembangkan Serat dan Babad Naskah Kuno
Selain naskah jenis serat, dalam gelaran macapat massal 72 jam nonstop akan ditembangkan pula naskah Babad.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja Ahmad Syarifudin
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Pemerintah Kabupaten Bantul melalui Dinas Kebudayaan, bekerjasama dengan Paguyuban Macapat Bantul menggelar Macapat massal 72 jam nonstop.
Ada 15 judul naskah kuno yang akan ditembangkan dalam gelaran tersebut.
"Yang akan ditembangkan pada macapat massal ini bukan naskah baru, tetapi naskah-naskah kuno dari para pujangga zaman dahulu. Kami telah menggali, ada 15 judul naskah [yang akan ditembangkan]," tutur pembina Macapat DIY, Projosuwasono, ditemui dilokasi acara, Bangsal Sasana Kridha, Selasa (23/10/2018)
Adapun judul 15 macapat naskah kuno yang akan ditembangkan, di antaranya serat wulang reh, serat wedhatama, serat nirbhaya, uran-uran beja, pepali Ki Ageng sela, serat surya raja, cuplikan babad demak, cuplikan babad Giyanti, serat gandrung asmara, kidungan, serat ambiya, bedhale Mataram Pleret, serat dewa ruci, cuplikan babad pecina, dan serat nayaka lelana.
Baca: Pemkab Bantul Gelar Macapat Massal 72 Jam Nonstop
Digalinya naskah-naskah kuno tersebut, menurut Projosuwasono dengan harapan masyarakat dapat mengetahui bahwa para pujangga, zaman dahulu, telah membuat naskah macapat yang berisi nasihat dan ajaran adiluhung.
Memiliki kandungan nilai dan petuah yang sangat berguna bagi kehidupan masa kini.
"Meskipun naskahnya lama, tetapi nasihatnya sangat relevan dilakukan masa sekarang," ungkapnya.
Ia mengambil contoh naskah macapat berjudul Serat Wulang Reh yang diciptakan oleh Raja Surakarta, Sri Susuhunan Pakubuwana IV.
Menurutnya, naskah macapat itu merupakan nasihat yang diberikan oleh sang Raja kepada kawulo, kepada rakyatnya. Dan hingga saat ini masih sangat dibutuhkan.
"Dalam naskah itu, Raja memberikan nasihat tentang bagaimana cara kita untuk memilih guru, bagaimana menyembah dan bagaimana berinteraksi sosial dengan warga masyarakat," jelas dia.
Selain naskah jenis serat, dalam gelaran macapat massal 72 jam nonstop akan ditembangkan pula naskah Babad.
Perbedaan keduanya, kata Projosuwasono, naskah serat berisi tentang nasihat dan larangan yang tidak boleh dilakukan manusia, sementara naskah Babad bercerita tentang sejarah.
"Seperti naskah Bedhale Mataram Pleret yang menceritakan bedhalnya Keraton Mataram menjadi keraton Surakarta," jelasnya.
Baca: Sebelum Mubeng Beteng, Abdi Dalem Gelar Macapatan dan Dhahar Kembul
Selain itu, lanjut Projosuwasono, kategori Babad, ada juga naskah yang berjdul cuplikan babad Giyanti.