Tito Karnavian Ungkap Pertarungan Global Baru, Ekonomi Jadi Kekuatan Penentu

Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Sriwijaya, Jenderal Polisi (Purn) Prof. Drs. H. Muhammad Tito Karnavian, M.A., Ph.D.

DOK. Kemendagri
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian dalam acara Sosialisasi KUR Perumahan dan FLPP di Majapahit Convention Semarang (MAC) pada Rabu (5/11/2025). 

Tito optimistis Indonesia mampu mencapai posisi empat besar ekonomi dunia pada 2045. Namun, ia mengingatkan bahwa kekayaan alam tak lagi cukup untuk mengantar Indonesia menjadi negara maju.

“Negara maju bukan karena SDA. Kuncinya adalah SDM,” ungkapnya. 

Bonus demografi sebesar 68,95 persen menurutnya harus ditempa melalui pendidikan berkualitas agar menjadi tenaga produktif yang kompetitif secara global.

Ia mencontohkan transformasi Singapura di bawah Lee Kuan Yew yang berhasil tumbuh menjadi negara maju meski minim SDA, berkat fokus pada pendidikan dan beasiswa bagi putra-putri terbaik.

Tito juga menilai arah kebijakan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto sudah selaras dengan visi 2045, terutama lewat program pendidikan seperti Sekolah Rakyat, Sekolah Garuda, dan beasiswa kedokteran.

Perguruan Tinggi Diminta Jadi Episentrum Inovasi

Menurut Tito, perguruan tinggi tak boleh lagi menjadi menara gading yang jauh dari realita masyarakat. Kampus, katanya, harus bergerak menjadi pusat inovasi, riset, dan lompatan teknologi untuk memperkuat daya saing Indonesia.

“Dunia bergerak sangat cepat. Perguruan tinggi harus bertransformasi dan menjadi pemain utama dalam tatanan global baru,” ujarnya.

Apresiasi Akademisi: Kerangka Konstruktivisme Modern

Dosen Hukum Internasional Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Triyana Yohanes, menilai orasi Tito sebagai gambaran realistis sekaligus strategis tentang dinamika global.

Menurut Triyana, Tito menawarkan narasi politik luar negeri yang relevan dengan tantangan zaman: berbasis pengetahuan, data, dan produktivitas ekonomi.

“Paradigma yang disampaikan Tito sejalan dengan perkembangan politik internasional modern. Indonesia perlu hegemoni berbasis pengetahuan, bukan militer,” ujarnya.

Triyana juga mengaitkan gagasan Tito dengan pemikiran ekonom Ray Dalio dalam How Countries Go Broke, bahwa negara hanya bisa bertahan dari tekanan global bila memiliki SDM unggul, teknologi kuat, serta pemerintahan bersih dan bebas korupsi.

“Pemerintahan yang visioner dan bersih menjadi syarat mutlak. Tanpa itu, peluang besar menuju Indonesia Emas 2045 akan sulit diwujudkan,” pungkasnya.

( Tribunjogja.com / Bunga Kartikasari )

 

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved