Tito Karnavian Ungkap Pertarungan Global Baru, Ekonomi Jadi Kekuatan Penentu
Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Sriwijaya, Jenderal Polisi (Purn) Prof. Drs. H. Muhammad Tito Karnavian, M.A., Ph.D.
Penulis: Bunga Kartikasari | Editor: Bunga Kartikasari
Ringkasan Berita:
- Pertarungan global kini ditentukan kekuatan ekonomi, dan Indonesia punya empat modal besar: tenaga kerja, SDA, wilayah luas, dan posisi strategis.
- Peluang Indonesia masuk tiga besar ekonomi dunia 2045 bergantung pada kualitas SDM, bukan SDA.
- Perguruan tinggi dan pemerintahan bersih menjadi fondasi Indonesia Emas melalui riset, inovasi, dan tata kelola yang bebas korupsi.
TRIBUNJOGJA.COM - Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Sriwijaya, Jenderal Polisi (Purn) Prof. Drs. H. Muhammad Tito Karnavian, M.A., Ph.D., kembali menyuarakan gagasan strategisnya soal arah dunia di masa depan.
Dalam orasi ilmiah bertema Peran Perguruan Tinggi dalam Mendukung Indonesia Emas 2045 pada puncak Dies Natalis ke-65 Universitas Sriwijaya, Senin (3/11), Tito memetakan bagaimana peta kekuatan global tengah bergerak cepat dan tidak lagi seragam seperti beberapa dekade lalu.
Hampir dua jam ia berbicara, Tito memaparkan bahwa dunia kini berada pada titik perubahan besar. Jika dahulu superioritas negara ditentukan oleh senjata dan kekuatan militer, kini logika itu bergerak ke arah yang berbeda.
“Saya berada dalam posisi paradigma konstruktivisme. Artinya, banyak hal kini diselesaikan bukan dengan kekuatan militer, tapi melalui ekonomi, perdagangan, sosial, dan budaya. Pertarungan yang paling menentukan saat ini adalah pertarungan ekonomi,” ujar Tito.
Paradigma ini, jelas Tito, menempatkan ekonomi, budaya, perdagangan, serta pengetahuan sebagai faktor utama yang menentukan dominasi antarnegara.
Baca juga: Tito Karnavian Dinilai Berhasil Hadirkan Pemerintahan Berkeadilan, Terima Penghargaan Nasional
Ekonomi sebagai Poros Baru Kekuasaan Global
Dalam tatanan global yang baru, Tito menegaskan bahwa negara yang mampu memproduksi barang dan jasa secara besar-besaran akan menjadi pengendali rantai pasok dunia.
Mereka yang sukses menguasai pasar internasional, katanya, otomatis akan menggenggam kekuatan geopolitik.
Merujuk pemikiran Prof. Sait Yilmaz dalam buku State, Power, and Hegemony, Tito menyebut empat modal dasar yang memungkinkan sebuah negara melompat menjadi kekuatan dominan.
1. Angkatan kerja besar sebagai motor produksi
2. Sumber daya alam melimpah sebagai bahan baku
3. Wilayah luas untuk menopang pusat distribusi
4. Letak geografis strategis, yang ia tambahkan sendiri sebagai faktor krusial
“Indonesia berada di jalur perdagangan paling vital di dunia. Kalau momentum ini dikelola dengan tepat, dampaknya bisa menggerakkan ekonomi global,” tegasnya.
Karena itu, ia menilai hanya beberapa negara yang memenuhi prasyarat untuk tampil sebagai kekuatan besar, China, India, Amerika Serikat, Rusia, dan Indonesia.
Indonesia Punya Kans Jadi Kekuatan Ekonomi 2045
| BI DIY Sebut Ekonomi DIY 2025 Masih Tumbuh Positif |
|
|---|
| Belajar dari Kasus Whoosh, Pakar Ekonomi UMY Sebut Pentingnya Strategi Integritas Pembiayaan Publik |
|
|---|
| Pertumbuhan Ekonomi DIY Kuartal Ketiga 2025 Lebih Baik dari Nasional |
|
|---|
| KADIN DIY Bakal Gelar Musda IX, Usung Tema Memperkokoh Ketangguhan Ekonomi DIY |
|
|---|
| Dosen FEB UGM Jelaskan Cikal Bakal Fraud, Perhatikan Red Flag |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.