Fosil Manusia Purba Pithecanthropus Erectus Akhirnya "Pulang" ke Rumahnya
Pemerintah Belanda resmi mengembalikan fosil manusia purba pithecanthropus erectus atau homo erectus kepada Pemerintah Indonesia
Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, JAKARTA - Pemerintah Belanda resmi mengembalikan fosil manusia purba pithecanthropus erectus atau homo erectus kepada Pemerintah Indonesia.
Penyerahan secara resmi tersebut diterima langsung oleh Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon melalui upacara resmi yang dilaksanakan di Museum Naturalis, Leiden.
Total ada sekitar 28.000 artefak fosil yang ditemukan Eugène Dubois di Trinil pada 1891–1892 yang dikembalikan ke Pemerintah Indonesia.
Pithecanthropus erectus adalah nama lama untuk fosil manusia purba yang sekarang dikenal sebagai Homo erectus.
Fosil ini pertama kali ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1891 di Trinil, Ngawi, Jawa Timur.
Nama tersebut berasal dari bahasa Yunani, pithekos berarti kera, anthropos berarti manusia, dan erectus berarti tegak, sehingga artinya adalah “manusia kera yang berjalan tegak”.
Fosil ini menjadi bukti penting bahwa manusia purba pernah hidup di Indonesia, sehingga dikenal juga dengan sebutan Java Man atau manusia Jawa.
Secara fisik, Homo erectus memiliki kapasitas otak sekitar 750–1000 cc, lebih besar daripada kera tetapi masih lebih kecil dibanding manusia modern.
Tingginya sekitar 165 cm dengan tubuh tegap, dahi yang miring ke belakang, dan alis tebal.
Homo erectus hidup berkelompok pada sekitar 1,5 juta hingga 300 ribu tahun lalu.
Mereka sudah mampu berjalan tegak, berburu, mengumpulkan makanan, bahkan menggunakan api, yang menandai kemajuan penting dalam sejarah evolusi manusia.
Baca juga: Pemerintah Indonesia Salurkan Bantuan Senilai Rp 200 Miliar untuk Penanganan Darurat di Gaza
Fosil pithecanthropus erectus yang dipulangkan ke Indonesia ini sebelumnya disimpan di Museum Naturalis, Leiden.
Koleksi fosil manusia purba ini merupakan rujukan penting bagi studi evolusi manusia sekaligus menegaskan posisi Indonesia sebagai salah satu peradaban tertua di dunia.
Dikutip dari Tribunnews.com, Fadli zon menyebut pemulangan ini sebagai pemulihan kedaulatan dan kemenangan strategis Indonesia setelah lebih dari satu abad jejak pengetahuan tentang asal-usul manusia terpisah dari tanah kelahirannya.
“Hari ini kita menutup jurang sejarah dan memulihkan martabat pengetahuan yang lahir dari Trinil. Kepulangan Koleksi Dubois adalah bukti bahwa diplomasi budaya Indonesia bekerja, kepemilikan sah NKRI diakui, dan akses riset dunia tetap terjaga,” kata Fadli Zon dalam keteranganya dikutip, Sabtu (27/9/2025).
Menurut Fadli Zon, pengembalian fosil manusia purba ini merupakan komitmen Belanda untuk melaksanakan repatriasi koleksi kolonial secara bertanggung jawab.
“Hari ini kita memulihkan martabat pengetahuan yang lahir dari Trinil dan mengembalikan alurnya ke tanah ibu. Ini bukti diplomasi budaya Indonesia bekerja dengan adil, tegas, dan berorientasi masa depan,” ucapnya
"Koleksi Dubois kini kembali pulang ke rumahnya, namun pintu ilmu pengetahuan dunia tetap terbuka. Indonesia kini berdiri sebagai subjek pengetahuan, bukan sekadar lokasi temuan,” sambung Fadli Zon.
Fadli Zon mengatakan keberhasilan pengembalian koleksi Dubois ini merupakan hasil kerja panjang Tim Repatriasi Kementerian Kebudayaan yang sejak awal 2025 telah melakukan riset asal-usul dan perundingan intensif dengan Colonial Collections Committee (CCC) Belanda.
Kementerian Kebudayaan juga telah menyusun rencana teknis terkait pemindahan koleksi tersebut, yang telah disepakati dengan Pemerintah Belanda melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Sains.
Kedua kementerian juga menyepakati pembentukan tim gabungan untuk mengamankan tahapan pemulangan, memperkuat kerja sama riset bersama paska-pemulangan, inventarisasi, konservasi, publikasi ilmiah, pameran, digitalisasi, serta peningkatan kapasitas peneliti serta pengelola koleksi.
“Setelah Dubois, kita akan terus melanjutkan kerja pemulangan koleksi penting lainnya, sambil memperdalam riset lintas disiplin agar artefak-artefak budaya kita dapat kembali ke akarnya, ilmu pengetahuan tumbuh dari sumbernya, dan memberi manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat Indonesia,” tutupnya.
Pengembalian Koleksi Dubois menegaskan urgensi diplomasi budaya sebagai instrumen penting dalam pemulihan sejarah dan kedaulatan, serta penguatan posisi Indonesia sebagai salah satu peradaban tertua di dunia.
Artikel ini sudah tayang di Tribunnews.com.
Pemerintah Indonesia Salurkan Bantuan Senilai Rp 200 Miliar untuk Penanganan Darurat di Gaza |
![]() |
---|
Momen Pelanggan KAI Bandara Sampaikan Kritik dan Saran Melalui Program Gapeka |
![]() |
---|
Program Setra Capital Tawarkan Pendanaan untuk Trader Berbakat |
![]() |
---|
DIY Raih Skor IDI Tertinggi Nasional, Capai 89,25 |
![]() |
---|
Rayakan HUT ke-80 KAI, JogjaKita Bagikan 'Voucher Melayang' di Stasiun Tugu Yogyakarta |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.