Drainase Minim Picu Longsor yang Putuskan Akses Wisata Sriharjo Imogiri
Hujan deras yang mengguyur wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Jumat sore, 21 November 2025, memicu tanah longsor di Desa Sriharjo, Imogiri
Penulis: Hanif Suryo | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Hujan deras yang mengguyur wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Jumat sore, 21 November 2025, memicu tanah longsor di Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul.
Material longsor menutup dan memutus salah satu akses menuju destinasi wisata di kawasan itu. Akibatnya, aktivitas warga maupun pengunjung terhambat dan terpaksa dialihkan melalui jalur alternatif.
Berdasarkan laporan harian Pusdalops PB BPBD DIY, Bantul berada dalam status tanggap darurat banjir, tanah longsor, dan angin kencang.
Sebanyak 7 KK atau 16 jiwa tercatat sebagai penyintas. BPBD mendirikan Posko Tanggap Darurat di Kalurahan Sriharjo serta dua pos lapangan di Dusun Sampok dan Dusun Jetis untuk mempercepat penanganan.
Kejadian cuaca ekstrem juga terjadi di wilayah lain. Di Sleman, pohon tumbang di Kapanewon Mlati menimpa becak dan menyebabkan dua korban meninggal.
Di Kota Yogyakarta, atap rumah roboh di Kemantren Jetis. Kulon Progo mencatat dua pohon tumbang yang merusak rumah di Panjatan dan Karangwuni, sementara di Gunungkidul terjadi tujuh titik dampak cuaca ekstrem berupa pohon tumbang dan tanah longsor.
Kepala Pelaksana BPBD DIY, Agustinus Ruruh Haryanta, menjelaskan faktor utama longsor di Sriharjo.
“Daerah itu memang memiliki potensi longsor. Saat hujan dengan intensitas tinggi, kondisi seperti itu bisa terjadi. Saya lihat sarana-prasarana jalan di lokasi tidak memiliki drainase yang memadai, sehingga ketika hujan deras air tidak segera masuk ke drainase dan memicu longsor,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa penanganan teknis perbaikan jalan berada pada kewenangan Pemerintah Kabupaten Bantul.
“Untuk penanganan langsung, itu menjadi kewenangan teman-teman di kabupaten. Kami akan membantu ketika kabupaten meminta bantuan. BPBD kabupaten tidak bisa memperbaiki sarana-prasarana jalan karena itu wewenang PU. BPBD lebih pada upaya penanganan risiko bencananya,” kata Ruruh.
Baca juga: Tragedi di Ringroad Utara Sleman: Pohon Tumbang Renggut Nyawa Pasangan di Atas Becak
Terkait antisipasi kejadian serupa, BPBD DIY telah menetapkan status siaga darurat bencana hidrometeorologi melalui SK Gubernur.
“SK itu menjadi dasar bagi kami untuk meminta bantuan BNPB, termasuk kemungkinan operasi modifikasi cuaca kalau ada potensi hujan ekstrem. Kalau terjadi bencana dan status darurat naik, SK itu memudahkan BNPB memberikan bantuan. Namun semua bertahap. Ketika bencana terjadi, BPBD kabupaten yang menanganinya terlebih dahulu, kami mendampingi. Jika kabupaten kewalahan, baru kami meminta bantuan BNPB,” ujarnya.
Selain Imogiri, wilayah rawan longsor lain berada di dataran tinggi Samigaluh dan sekitarnya.
“Kita semua berdoa agar tidak terjadi bencana ekstrem, sebatas yang masih bisa kita tangani,” kata Ruruh.
Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD DIY, Tito Asung Kumoro Wicaksono, merinci langkah penanganan darurat yang kini berlangsung. Menurut dia, Dishub dan Polsek telah mengalihkan arus lalu lintas di sekitar lokasi.
| Sosialisasi Sistem Peringatan Dini di Tiga Desa Rawan Longsor Magelang |
|
|---|
| Sriharjo Forest Trail Run Jadi Panggung Promosi Produk UMKM DIY |
|
|---|
| Persiapan Magelang Siaga Bencana Saat Puncak Musim Hujan Awal Tahun 2026 |
|
|---|
| Papan Nama Sebuah Toko di Mergangsan Ambruk, Dua Jukir Luka-luka, Dua Mobil Rusak |
|
|---|
| Cuaca Ekstrem Terjang Sleman: Atap Rumah Berterbangan, Akses Jalan Tertutup Pohon Tumbang |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/Polisi-Pasang-Rambu-Penutupan-Jalur-Wisata-Srikeminut-Imogiri-yang-Putus.jpg)