Muda-Mudi Yogyakarta Lawan Dominasi Gawai Melalui Komunitas Bermain
Ingin membuktikan bahwa permainan tradisional juga asyik dan tidak kalah menariknya dengan permainan digital.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
Ringkasan Berita:
- Komunitas Bermain Yogyakarta (KBM Jogja) berdiri untuk menghidupkan kembali permainan tradisional dan melawan dominasi gawai.
- KBM Jogja adalah ruang aman yang cocok bagi muda-mudi untuk menambah relasi dan teman baru.
- Antusiasme tinggi peserta terhadap kegiatan bermain bersama.
TRIBUNJOGJA.COM – Di tengah gempuran game online dan dominasi gawai, sekelompok anak muda di Yogyakarta menggalakkan gerakan nostalgia dengan cara menghidupkan kembali permainan tradisional Indonesia.
Komunitas Bermain Yogyakarta (KBM Jogja) menjadi sebuah wadah untuk menjembatani generasi Z dengan warisan budaya yang mulai terlupakan.
Komunitas Bermain berawal dari Jakarta, tepatnya di GBK (Gelora Bung Karno), pada Agustus 2024.
Berangkat dari niat sederhana yaitu sekadar bermain namun, aktivitas ini menjadi ramai setelah diunggah di media sosial.
Kesuksesan di pusat ini kemudian meluas menjadi kurang lebih 15 region di seluruh Indonesia, termasuk Bandung, Jabodetabek, Palembang, dan Padang.
Ketua Kelas ketiga KBM Jogja, Deandra Fajri (18), menjelaskan bahwa misi utama komunitas adalah memperkenalkan kembali permainan zaman dahulu.
"Zaman sekarang terutama Gen Z itu sudah kurang lah buat permainan zaman dahulu, sudah berpatok dengan handphone game," ujar Deandra beberapa waktu lalu.
Dua ketua kelas KBM Jogja sebelumnya yaitu pertama, Muhammad Nabil Pratama, dan kedua, Rishad Haezul Desward.
Pimpinan KBM Jogja dilanjutkan oleh Deandra Fajri Danar Putra, masih dengan semangat yang sama yaitu, ingin membuktikan bahwa permainan tradisional juga asyik dan tidak kalah menariknya dengan permainan digital.
Setiap akhir pekan, biasanya pada hari Sabtu atau Minggu sore, mulai pukul 15.00 WIB hingga setelah Maghrib, Alun-Alun Kidul atau lokasi lain di Jogja akan dipenuhi tawa dan teriakan gembira.
Beberapa permainan yang rutin dimainkan meliputi lompat karet, congklak, bekel, ular naga, bentengan, tarik tambang, dan lempar sendal.
Menurut Deandra, permainan yang paling digemari sejauh ini adalah lompat karet dan tarik tambang.
Meskipun bergerak secara mandiri, KBM Jogja telah berhasil menarik mitra kolaborasi.
Eva Silviana (23) selaku Humas PR komunitas memaparkan bahwa sejauh ini KBM Jogja telah menjalin kerja sama dengan beberapa pihak, seperti Gram Hotel Jogja pada momen HUT Kemerdekaan RI dan juga berkolaborasi dengan Wardah.
Para pengurus KBM Jogja berharap melalui komunitas ini, orang-orang dapat berkembang dan menambah relasi, serta terus melestarikan permainan tradisional yang mulai terlupakan di tengah era digital.
Solusi Mencari Relasi
| Panggung Kreativitas Keliling Hadirkan Euforia di Alun-alun Kidul Yogyakarta |
|
|---|
| Pedestrian Jogja Membawa Misi Inklusif bagi Pejalan Kaki |
|
|---|
| Kanca Taman: Buah Pikir Keresahan Perantau akan Ruang Hijau di Jogja |
|
|---|
| Kisah Penjual Basreng Alun-Alun Kidul Yogyakarta dari Digendong hingga Naik Motor |
|
|---|
| Ratusan Pelajar Bantul Diajak Lestarikan Budaya Lokal Lewat Festival Permainan Tradisional |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.