Belajar Memahami Manusia Sambil Merawat Sejarah Bangsa Lewat Museum
Museum bukan sekadar tempat menyimpan barang peninggalan bersejarah, melainkan tempat manusia kembali belajar memaknai sejarah.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
Belum lama ini, Museum Dewantara Kirti Griya menjadi satu dari sepuluh museum di Indonesia yang memperoleh Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) 2025 Kategori Museum dari Kementerian Kebudayaan.
Tentu diperolehnya penghargaan itu tidak luput dari kerja keras mereka yang aktif menjaga dan melestarikan museum.
Selama dua puluh tahun lebih bekerja di museum, Agus merasa sangat bahagia karena bisa berinteraksi dengan berbagai macam orang dengan karakter yang berbeda-beda.
Menurutnya, pengalaman langka itu tidak akan bisa ia alami jika saja ia tidak bekerja di museum.
Ketika ditanya koleksi museum favoritnya, Agus menyebutkan bahwa mesin ketik dan pakaian Ki Hadjar Dewantara adalah muara dari semua perjalanan dan perjuangan hidup Ki Hadjar Dewantara.
“Mesin ketik itu ya bukti alat perjuangan beliau. Kalau yang lain bawanya senjata, kalau Ki Hadjar itu ya alat perjuangannya mesin ketik itu,” katanya.
Dengan penuh semangat, ia bercerita bagaimana mesin ketik itu sendiri sudah sangat mewakili sosok Ki Hadjar Dewantara.
Mesin ketik itulah yang menjadi saksi mata semenjak Ki Hadjar Dewantara masih aktif menjadi wartawan dan banyak menulis artikel perlawanan terhadap Belanda, hingga pada akhirnya Ki Hadjar Dewantara beralih ke pendidikan dan mendirikan sekolah Tamansiswa.
Agus lantas mengibaratkan museum sebagai etalase depan bagi edukasi sejarah bangsa Indonesia.
Ia menggambarkan MDKG sebagai garda terdepan Tamansiswa, serta tempat cerita perjuangan dan sejarah pemikiran Ki Hadjar Dewantara dilestarikan.
Baca juga: Merawat Warisan Piano Ki Hadjar Dewantara di Yogyakarta
Setiap kali museum kedatangan pengunjung pelajar dan mahasiswa, Agus selalu tidak lupa untuk membawa mereka ke titik nol dan memperkenalkan kembali sosok Ki Hadjar Dewantara.
“Saya sering berangkat dari nol begitu, ‘coba siapa Ki Hadjar itu?’. Ternyata banyak pelajar yang nggak tahu. Jadi memang tugas kami itu mengingatkan masyarakat bahwa ada tokoh pendidikan nasional namanya Ki Hadjar Dewantara,” jelasnya.
Setiap benda di museum memiliki kisahnya sendiri, dan setiap kisah adalah serpihan dari ingatan bangsa.
Dua puluh tahun bekerja sebagai staf museum membuat Agus percaya, menjaga museum berarti menjaga agar ingatan kolektif bangsa tidak lekas pudar.
(MG Shafira Puti Krisnintya)
| Kisah Semangat Berbagi Para Relawan Sedekah Mben Jumat Yogyakarta |
|
|---|
| Papan Nama di Jalan Tamansiswa Jogja Roboh, 2 Tukang Parkir Luka dan 2 Mobil Rusak |
|
|---|
| Merawat Warisan Piano Ki Hadjar Dewantara di Yogyakarta |
|
|---|
| Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Bantu UMKM Atasi Limbah Kain lewat Program Circular Economy |
|
|---|
| Apa Kata Polisi Video Viral Orang Tak Dikenal Ditangkap di Tamsis Jogja |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.