Mengenal Masjid Padjimatan Imogiri, Masjid yang Kerap Dipergunakan Salat Jenazah Raja-Raja Terdahulu

Ringkasan Berita:

• Masjid Padjimatan Imogiri di dekat pintu masuk utama Makam Raja-Raja Imogiri, Kabupaten Bantul, sudah ada sejak tahun 1650 masehi atau sejak Sultan Agung Hanyakrakusuma. 
• Sultan Agung Hanyakrakusuma merupakan pencetus ide pembangunan masjid tersebut, kala itu ia bermaksud membangun makamnya pada 1632. 
• Dibangun sebelum Perjanjian Giyanti pada 1755, pengelolaan masjid dibagi dua. Sisi utara Masjid Padjimatan Imogiri dikelola oleh Kraton Surakarta, sisi selatan dikelola Keraton Ngayogyakarta.

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Masjid Padjimatan Imogiri yang terletak di dekat pintu masuk utama Makam Raja-Raja Imogiri, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, menjadi lokasi yang kerap dipergunakan untuk salat jenazah raja-raja terdahulu.

Abdi Dalem Surakarta bagian pengurus Masjid Padjimatan Imogiri, Muhyani, mengatakan, masjid tersebut sudah ada sejak tahun 1650 masehi atau sejak Sultan Agung Hanyakrakusuma. Kala itu, Sultan Agung Hanyakrakusuma bermaksud membangun makamnya pada 1632. 

"Mungkin ya secara simbolis, belum sebagus ini. Dulu masih sederhana dan untuk ibadah para abdi dalem pada saat mereka membuat makam untuk Kanjeng Sultan Agung Hanyakrakusuma," katanya, Rabu (4/11/2025).

Tak heran, masjid tersebut juga dikenal dengan nama Masjid Sultan Agung Hanyakrakusuma. Pasalnya, Sultan Mataram keempat itu menjadi pencetus ide pembangunan masjid yang kini dikenal dengan nama Masjid Padjimatan Imogiri.

Terdiri tiga bangunan utama

Masjid tersebut memiliki tiga bangunan utama berupa ruang utama, serambi, dan pawestren. Nantinya, bagi umat Muslim laki-laki yang akan melaksanakan ibadah salat bisa dilakukan di ruang serambi. Sedangkan, untuk umat Muslim perempuan dapat menjalani salat di pawestren.

"Tapi, biasanya kalau salat jenazah kan menghadap ke jenazah. Lalu, jenazah itu biasanya berada di ruang serambi, sehingga prosesi salat jenazah baik laki-laki maupun perempuan bisa di serambi. Lain halnya dengan salat lima waktu," tuturnya.

Lanjutnya, dikarenakan masjid tersebut dibangun sebelum Perjanjian Giyanti pada tahun 1755, maka pengelolaan dibagi menjadi dua. Di mana, sisi utara Masjid Padjimatan Imogiri dikelola oleh Kraton Surakarta, sedangkan sisi selatan dikelola oleh Keraton Ngayogyakarta.

Bahkan, apabila dilihat secara langsung pada bagian depan masjid sisi utara terdapat tugu dengan simbol PB. Sementara, di sisi selatan tidak terdapat tugu.

Bersih dan rapi

Sampai saat ini, masjid tersebut masih berfungsi, terlihat sangat bersih, dan rapi. Bahkan, para pengunjung Makam Raja-Raja Imogiri juga ada yang menyempatkan diri untuk melaksanakan salat sesuai waktu di lokasi tersebut.

"Di Makam Raja-Raja Imogiri juga ada abdi dalem yang berjaga, sehingga masjid ini masih berfungsi dengan baik. Dan masjid ini selalu dibersihkan dengan rutin oleh para abdi dalem yang bertugas," ucap dia.

Di Masjid Padjimatan Imogiri juga dilengkapi toilet dan tempat wudhu. Dengan begitu, masyarakat atau pengunjung yang ingin melaksanakan ibadah di Masjid Padjimatan Imogiri tidak perlu pusing mencari sumber air.

Masjid tersebut juga telah menjadi bangunan cagar budaya dan ditetapkan dalam Keputusan Gubernur DI Yogyakarta Nomor 42/KEP/2021 Keputusan Bupati Bantul Nomor 458 Tahun 2016.

"Kami, para abdi dalem, selalu berusaha menjaga bangunan ini tetap bersih dan layak dipergunakan oleh masyarakat," pungkasnya.(nei)