Ironi Sentra Kuliner Pasar Sentul Yogyakarta, Tempati Gedung Megah Rp23 Miliar Tapi Sepi Pembeli

Sentra kuliner yang dibangun di gedung megah Pasar Sentul Yogyakarta sepi pembeli, omzet pedagang menurun drastis

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
SEPI - Suasana sentra kuliner Pasar Sentul, Kota Yogyakarta, yang kondisinya tampak sepi pengunjung, Senin (3/11/2025). 

Ringkasan Berita:
  • Sentra kuliner yang dibangun di foodcourt Pasar Sentul Yogyakarta sepi pengunjung
  • Pedagang makanan mengeluhkan anjloknya omzet yang turun drastis dibanding sebelum direlokasi
  • Belum ada solusi konkret dari Pemkot Yogyakarta

 


TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Harapan para pedagang kuliner eks-Alun-alun Sewandanan Pakualaman untuk meraup untung lebih besar di lokasi baru, di sentra kuliner Pasar Sentul, Kota Yogyakarta, kini pupus. 

Meski menempati bangunan megah hasil revitalisasi senilai Rp23 miliar, para pedagang justru mengeluh sepi pembeli dan omzet anjlok drastis.

Kondisi itu jauh berbeda dibanding saat berjualan di lokasi lama.

​Revitalisasi Pasar Sentul yang menggunakan Dana Keistimewaan (Danais) rampung pada akhir 2023 dan diresmikan langsung oleh Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X kisaran awal 2024 

Para pedagang kuliner yang sebelumnya meramaikan Alun-alun Sewandanan Pakualan direlokasi ke lantai atas pasar yang kini tampil lebih modern. 

Namun, kemegahan bangunan yang juga dilengkapi dengan eskalator tak berbanding lurus dengan keramaian pengunjung.

Suprihatin, seorang pedagang lotek dan gado-gado, menceritakan kondisi pilu yang dialaminya.

Setiap harinya, ia hanya termenung menunggu dan berharap ada pembeli, karena kondisinya sangat sulit mengandalkan pengunjung pasar untuk melarisi dagangannya.

​"Sepi. Kadang saya jualin cuma empat, lima (porsi). Itu pun keamanan, satpam, terus kebersihan pasar. Kalau pengunjung, yang asli pengunjung pasar, nyaris enggak ada," ujarnya, Senin (3/11/2025).

​Ia kini hanya berani membawa 10 porsi per hari, dan sudah dianggap sebuah keberuntungan ketika bisa terjual seluruhnya.

Akibatnya, banyak bahan baku, terutama sayuran yang sudah direbus, terpaksa dibuang.

Terkait retribusi, saat ini, pedagang masih mendapatkan keringanan membayar Rp700.000 per tahun hingga Desember 2025.

Namun, tarif digadang-gadang bakal menjadi normal mulai 2026, mencapai Rp7 juta per tahun.

​"Ya kalau omzet bisa separuh dulu (saat di Sewandanan), mungkin berani lah. Masalahnya, kejadiannya kayak gini, malah tambah sepi. Kalau retribusinya normal, bayar full, pasti pedagang pada milih keluar," tegasnya.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved