Kisah Inspiratif

Kisah Avis Haris dan Kedai Kopi Punk Ala Rich Yogya yang Sarat Filosofi

Punk Ala Rich pada akhirnya menjadi buah pikir dari pencarian kesejatian diri Avis.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
(MG Axel Sabina Rachel Rambing)
Arief Avicenna Haris (32) atau biasa dikenal Avis Haris di salah satu cabang kedai miliknya. Punk Ala Rich Clay Won Market, Demangan, Sleman, DIY. 

Mengindahkan pesan sang ibu, Avis memilih untuk mengalihkan sisi liar seninya pada ranah perkopian.

Lahir dan besar di Sumatera salah satu pulau penghasil biji kopi terbaik di Indonesia membangkitkan memorinya untuk mengeksplorasi dunia kopi lebih dalam. 

Sejak 2015, ia terjun secara serius ke industri ini. Beragam riset panjang serta kompetisi perkopian telah ia lalui sebelum akhirnya mendirikan Punk Ala Rich.

“Pengalaman mempelajari kopi sebelumnya sudah cukup, dan aku merasa butuh rehat mengulik. Fokus mengenalkan kopi dengan cara yang lebih ringan,” ungkapnya.

Kala itu, istilah 'pendekar kopi' marak digunakan untuk menyebut mereka yang dianggap ahli.

Namun bagi Avis, fenomena itu justru merusak iklim industri, sebab para pemula menjadi takut untuk mengenal kopi lebih dekat.

Lewat Punk Ala Rich, ia menggunakan pendekatan horor-komedi untuk kembali menarik minat masyarakat luas.

“Mungkin orang melihat Punk Ala Rich, itu, oh, hantu doang. Tapi karena aku mempelajari hingga lingkup sejarahnya, aku bisa menjelaskan,” tuturnya.

Proses panjang berkesenian dan belajar sejarah membentuk spiritualitas Avis. Punk Ala Rich pada akhirnya menjadi buah pikir dari pencarian kesejatian dirinya. 

Baginya, lokalitas dan budaya adalah tombak yang seharusnya menjadi hak istimewa bagi Indonesia

Membangun Jiwa-Jiwa Lain

Tujuan personal Avis melalui Punk Ala Rich adalah agar siapapun baik pengunjung maupun tim internal kafe, dapat menemukan kesejatian diri mereka masing-masing.

Ia secara spesifik mengangkat isu Gen Z yang dominan menjadi pengunjung dan terlibat dalam tim kafenya.

“Gen Z cenderung mudah berpindah-pindah atau dianggap ‘bosenan’, padahal sebenarnya ada kekosongan yang sedang mereka coba isi,” ujarnya.

Ia berusaha membangun ruang yang memberi solusi, agar mereka memiliki spirit yang kuat. 

Menjadi kelegaan tersendiri baginya saat orang-orang yang sedang berada pada tahap pencarian, dan secara tidak sengaja bersinggungan dengannya, akhirnya mampu sampai di titik menemukan.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved