Saksi Kata Fenomena Jasa Teman Kencan

Teman Jalan di Jogja: Cerita Adisty Jadi Wadah Curhat Orang Asing

Adisty Feby tidak pernah membayangkan bahwa obrolan santai dengan pelanggan penginapan akan mengantarkannya pada profesi baru, penjual jasa

|

“Aku sampai kaget, kog bisa sedalam itu. Tapi aku merasa dipercaya,” katanya.

Meski begitu, Adisty tetap berhati-hati. Ia selalu menegaskan batas sejak awal, terutama pada pelanggan laki-laki.

“Aku selalu sendiri, tapi kalau klien cowok, biasanya aku lempar ke tim temenku juga cewek. Aku jaga betul dari awal harus tahu mau kemana dan dari jam berapa,” tegasnya.

Suaminya pun mendukung penuh kegiatan ini selama masih positif. “Mungkin aku sekarang gak bisa sampai malam, paling maksimal jam 12,” tambahnya.

Harga Seikhlasnya

Berbeda dengan penyedia jasa profesional lain yang memasang tarif tetap, Adisty memilih sistem seikhlasnya.

“Aku serahin ke klien mau hargai jasaku berapa. Tapi kalau aku sudah all-out, biasanya mereka gak enak ngasih ala kadarnya,” ujarnya.

Pernah suatu kali, ia menemani klien ke Puncak Sosok di malam hari dan dibayar Rp250 ribu.

“Lumayan, makan juga dibayarin,” katanya sambil tertawa kecil.

Menurut Adisty, kini semakin banyak orang, terutama perempuan, yang membuka jasa serupa di media sosial. “Kalau dulu yang banyak cowok, sekarang cewek juga banyak jual jasa teman jalan. Mungkin biar FYP juga,” ujarnya santai.

( Tribunjogja.com / Bunga Kartikasari )

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved