Leptospirosis Renggut 9 Nyawa Warga di Sleman, Ini Penjelasan Dinkes

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman mencatat hingga Oktober ini tercatat ada 82 kasus terkonfirmasi dengan 9 orang meninggal dunia.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ M Fauziarakhman
Grafis Leptospirosis 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Kasus penyakit leptospirosis di wilayah Kabupaten Sleman mengalami peningkatan sepanjang tahun 2025.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman mencatat hingga Oktober ini tercatat ada 82 kasus terkonfirmasi dengan 9 orang meninggal dunia.

Kepala Dinkes Kabupaten Sleman, Cahya Purnama, mengatakan fatalitas atau tingkat kematian tinggi karena keterlambatan pengobatan.

Banyak pasien yang datang berobat ke fasilitas kesehatan (faskes) dalam kondisi sakit yang sudah parah.

Padahal penyakit yang diakibatkan oleh bakteri Leptospira ini sebenarnya bisa ditangani dengan baik ketika pasien yang bergejala segera mendapatkan antibiotik. 

"Kematian terjadi karena keterlambatan pengobatan. Kalau dia segera dapat pengobatan atau dapat antibiotik itu sudah tidak akan menimbulkan kematian. Tapi kalau terlambat di dalam mengenali, ini yang berbahaya," kata Cahya, Kamis (30/10/2025). 

Cahya mengajak masyarakat agar bisa mengenali tanda-tanda penyakit leptospirosis.

Penyakit infeksi bakteri yang ditularkan oleh hewan ini, umumnya hampir sama dengan gejala flu yakni penderita akan mengalami demam tinggi.

Tetapi yang membedakan, pasien leptospirosis dibarengi dengan nyeri di bagian betis, mata merah atau kekuningan. 

Jika mengalami gejala tersebut, maka disarankan segera berobat. 

Hal ini penting, sebab kebiasaan di masyarakat terkadang mengobati sakitnya sendiri.

Namun bagi penderita leptospirosis disarankan segera berobat. 

"Perilaku masyarakat yang sering mengobati sendiri tolong dicermati betul. Boleh mengobati sendiri tapi lihat tanda-tandanya. Kalau di situ banyak tikus, terus nyeri di otot betis mata merah, segera bawa ke Puskesmas. Nanti diberi antibiotik sehingga tidak fatal," kata Cahya. 

Lebih lanjut, Mantan Direktur RSUD Sleman ini berkomitmen memperkuat koordinasi lintas sektor untuk menekan penularan penyakit 'kencing tikus' ini.

Misalnya dengan menganggap tikus adalah hama dan ditanggulangi secara bersama-sama.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved