Keracunan MBG

Kronologi Keracunan Massal Makan Bergizi Gratis Gunungkidul, Diduga dari Air Tercemar E. Coli

Kasus dugaan keracunan massal menimpa ratusan siswa di dua sekolah di Kapanewon Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, usai mengonsumsi menu

Tribun Jogja/Nanda Sagita Ginting
KERACUNAN MBG: Seorang siswa mendapatkan penanganan medis usai mengalami gejala keracunan di RS Saptosari, Gunungkidul pada Rabu (29/10/2025) 

TRIBUNJOGJA.COM - Kasus dugaan keracunan massal menimpa ratusan siswa di dua sekolah di Kapanewon Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, usai mengonsumsi menu Program Makan Bergizi Gratis (MBG). 

Pemerintah daerah masih menelusuri sumber pasti penyebab kejadian yang membuat ratusan pelajar harus mendapatkan perawatan medis tersebut.

Ratusan Siswa Alami Gejala Usai Santap Menu MBG

Insiden ini bermula pada Selasa (28/10/2025) ketika ratusan siswa SMP Negeri 1 Saptosari dan SMK Saptosari mengonsumsi menu makan MBG yang disajikan oleh dapur SPPG Planjan. Tak lama berselang, para siswa mengeluh mual, pusing, hingga diare.

Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono, mengatakan gejala mulai dirasakan sehari setelah makan.

“Jadi, para siswa itu makannya itu kemarin. Kemudian, hari ini merasakan gejala keracunan mulai dari mual, pusing, hingga diare. Rata-rata itu diare,” tuturnya saat ditemui di Dapur SPPG Planjan, Rabu (29/10/2025).

Dari total 695 siswa, sebanyak 476 dilaporkan lebih dulu mengalami gejala, disusul 186 siswa, dan 33 lainnya kemudian. Sebanyak 18 siswa dirawat di RS Saptosari dan 34 siswa di Puskesmas Saptosari, sementara sisanya ditangani di rumah.

“Dan, terakhir ada satu siswa harus observasi di RS Saptosari. Tetapi ini masih berkembangnya dan masih dalam pemantauan petugas kami,” jelas Ismono.

Dinas Kesehatan Ambil Sampel Makanan dan Air

Untuk memastikan penyebab dugaan keracunan, Dinas Kesehatan Gunungkidul mengambil sampel makanan yang dikonsumsi siswa, meliputi nasi, lauk, sayur, dan air yang digunakan saat memasak.


“Semua samplenya sudah kami ambil untuk di uji di laboratorium,” ujarnya.

Indikasi E. Coli Ditemukan di Air Dapur MBG

Hasil pengecekan awal menunjukkan indikasi adanya bakteri Escherichia coli (E. coli) dalam air yang digunakan untuk memasak di dapur penyedia makanan MBG.

“Dari hasil pengecekan kami, memang diindikasikan dari air itu ternyata masih mengandung Bakteri E-Coli, dan beberapa waktu lalu sudah dites. Karena, bakteri ini yang membuat anak-anak itu diare,” ujar Bupati Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih usai sidak di Dapur SPPG Planjan.

Endah menambahkan, selain air, pihaknya juga akan memeriksa sampel makanan dan air galon yang digunakan.


“Nanti juga akan dites hasil sampel makanan dan air galonnya, termasuk diperiksa waktu memasak apakah memperhitungkan jarak antara proses memasak dengan pendistribusian makanan, sudah tepat atau belum,” ungkapnya.

Baca juga: Dugaan Penyebab Keracunan MBG di Gunungkidul, Bupati Sebut Ada Indikasi Bakteri E-Coli di Air

Kondisi Siswa Mulai Membaik, Belum Ada Penetapan KLB

Meski ratusan siswa sempat dirawat, Pemkab Gunungkidul belum menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB).


“Saya rasa ini belum ada penetapan KLB, karena para pasien sudah ada yang bisa pulang dan dirawat di rumah. Meskipun, beberapa ada yang masih dirawat opname,” kata Endah di Dapur SPPG Planjan.

Ia memastikan pemantauan masih terus dilakukan bersama Dinas Kesehatan untuk menelusuri sumber pasti penyebab keracunan.

“Kami terus memantau, apakah masih akan ada yang menyusul. Sebab, gejala yang muncul tidak bersamaan,” ujarnya.

Bupati juga meminta pihak sekolah dan orang tua untuk segera melapor jika siswa kembali mengalami gejala serupa.


"Kalau ada gejala yang dirasakan oleh anak-anak, saya minta ke Dinas Pendidikan untuk mengedukasi guru dan wali agar segera berkomunikasi dengan puskesmas terdekat," tegasnya.

Pemkab Siapkan Anggaran Darurat Rp100 Juta

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menanggung seluruh biaya perawatan bagi para siswa terdampak.


“Untuk biaya rumah sakit, seperti yang kami diskusikan dengan kepala rumah sakit dan kepala dinas, karena keracunan itu bukan dalam kategori penyakit maka tidak dikover BPJS. Kami berinisiatif menyiapkan penanggulangan kedaruratan seperti ini sebesar Rp100 juta,” ujar Endah.

Kasus ini menjadi evaluasi menyeluruh bagi seluruh dapur penyedia makanan MBG di Gunungkidul. Pemkab meminta agar kebersihan air, bahan makanan, dan proses distribusi dijaga ketat guna mencegah kejadian serupa.

Asal dan Cara Penularan Bakteri E. Coli

Bakteri Escherichia coli atau E. coli umumnya hidup di usus hewan seperti sapi, domba, dan beberapa hewan ternak lainnya. 

Proses penyembelihan yang tidak higienis dapat membuat daging terkontaminasi bakteri ini. Itulah sebabnya, daging mentah kerap menjadi salah satu sumber utama infeksi.

Tak hanya dari daging, E. coli juga dapat menyebar melalui air yang tercemar, serta produk makanan segar seperti selada, tauge, alfalfa, salami, jus buah, dan susu yang belum melewati proses pasteurisasi.


Selain itu, penularan bisa terjadi lewat kontak langsung dengan hewan atau kotorannya, maupun dari orang ke orang, terutama di tempat-tempat yang padat seperti sekolah, penitipan anak, rumah sakit, atau panti jompo.

Karena sangat menular, E. coli dapat menyebar cepat jika kebersihan lingkungan dan sanitasi tidak dijaga dengan baik.

Kelompok yang Paling Rentan Terinfeksi

Meski siapa pun bisa terinfeksi Shiga toxin-producing E. coli (STEC), anak-anak dan lansia memiliki risiko tertinggi mengalami gejala berat.


Pada sebagian anak di bawah usia lima tahun, infeksi E. coli bisa memicu komplikasi serius berupa sindrom uremik hemolitik (HUS), yakni kondisi gagal ginjal akut yang berpotensi mengancam nyawa.

Sementara pada orang dewasa, bisa muncul kondisi serupa bernama purpura trombositopenik trombotik (TTP). Penyakit ini menyebabkan pembekuan darah di pembuluh kecil yang dapat menghambat aliran darah menuju otak, jantung, dan ginjal.

Langkah Pencegahan Infeksi E. Coli

Pencegahan infeksi E. coli berawal dari kebersihan diri dan keamanan pangan. Beberapa langkah penting antara lain:

  • Cuci sayuran dan buah dengan bersih sebelum dikonsumsi.
  • Masak daging hingga matang sempurna, dan jangan biarkan daging mentah berada di suhu ruangan terlalu lama.
  • Cuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet, mengganti popok, menyentuh hewan, atau sebelum makan.
  • Gunakan air bersih untuk memasak dan hindari air yang mungkin terkontaminasi limbah ternak.
  • Hindari berenang di perairan yang dekat dengan peternakan atau sumber air yang tidak terjamin kebersihannya.

Khusus untuk anak-anak dan lansia, disarankan tidak mengonsumsi susu atau produk olahan susu yang belum dipasteurisasi, karena berisiko tinggi membawa bakteri E. coli.

 

( Tribunjogja.com / Nanda Sagita Ginting / Bunga Kartikasari )

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved