Menembus Batas, JMMK ke-17 ISI Yogyakarta Hadirkan Kolaborasi Global Sepuluh Negara

Pameran tersebut semakin menegaskan posisi FSMR sebagai bagian dari jaringan seni internasional yang aktif menjalin kolaborasi lintas budaya

Tribunjogja.com/ HANIF SURYO
PAMERAN - Pengunjung menikmati deretan karya fotografi dan film dalam pameran Jalan Menuju Media Kreatif (JMMK) ke-17 bertema ResonARTion: Resonance of Art & Collaboration di Galeri Pandeng, FSMR ISI Yogyakarta, Senin (27/10/2025). Pameran ini menghadirkan 111 karya hasil kolaborasi seniman dan akademisi dari sepuluh negara. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Menandai langkah ISI Yogyakarta menuju jejaring seni global, pameran Jalan Menuju Media Kreatif (JMMK) ke-17 tahun ini menggandeng partisipan dari sepuluh negara.

Di bawah tema ResonARTion: Resonance of Art & Collaboration, Galeri Pandeng menjadi titik temu gagasan kreatif dari Australia, Rumania, Amerika Serikat, Turki, hingga Hong Kong.

Pameran tahunan yang diselenggarakan oleh Fakultas Seni Media Rekam (FSMR) ISI Yogyakarta ini berlangsung pada 27 Oktober hingga 3 November 2025.

Sejak pertama kali digelar pada 2008, JMMK telah menjadi ruang ekspresi sekaligus pertemuan ide bagi mahasiswa, dosen, dan seniman lintas disiplin.

Tahun ini, pameran tersebut semakin menegaskan posisi FSMR sebagai bagian dari jaringan seni internasional yang aktif menjalin kolaborasi lintas budaya.

Ketua Panitia JMMK ke-17, Rahmat Aditya, menyampaikan bahwa JMMK bukan sekadar pameran tahunan, melainkan ruang perayaan atas gema dan pengaruh seni media rekam yang tumbuh dari semangat kerja sama lintas disiplin dan lintas negara.

“JMMK tahun ini memamerkan 111 karya, terdiri dari 63 karya fotografi, 22 karya animasi, 18 karya film dan televisi, serta 8 karya produksi film,” ujarnya saat pembukaan pameran, Senin (27/10/2025) kemarin. 

Dari total karya tersebut, sebanyak 40 merupakan hasil kolaborasi internasional dari sepuluh perguruan tinggi luar negeri. 

“Kami menggandeng mitra dari Australia, Rumania, Amerika Serikat, Turki, hingga Hong Kong. Kolaborasi ini memperkaya pandangan para peserta tentang bagaimana seni media rekam mampu menembus batas geografis dan kultural,” tutur Rahmat.

Selain pameran, JMMK ke-17 juga menghadirkan kuliah umum (public lecture) oleh kurator internasional asal Serbia, Duro Jovicic, bertajuk In the Name of Art: Changing Perception and Ensuring Controversy, yang berlangsung pada 28 Oktober 2025.

Melalui sesi ini, peserta diajak memahami bagaimana seni dapat memicu perubahan persepsi dan membuka ruang dialog yang kritis namun produktif.

Kurator pameran, Lucia Ratnaningdyah Setyowati, dalam catatan kuratorialnya menjelaskan bahwa tema ResonARTion berangkat dari kesadaran akan keterhubungan seni dengan ekosistem di sekitarnya.

“Seni selalu hadir di antara elemen yang mengitarinya. Dalam pertautan itulah resonansi lahir—saling memberi daya hidup dan saling menggetarkan,” ujarnya.

Lucia menambahkan, sejumlah karya film dan fotografi dalam pameran ini banyak mengangkat fenomena sosial dan refleksi kehidupan, seperti Dago Elos: Perjuangan di Tanah Sendiri, The Last Recording, hingga It’s Just a Piece of Cloth. 

“Ada juga film pendek yang menyentil lewat humor reflektif seperti Tumbas, Estafet, dan Bendera Putih. Lewat tawa, kita diajak menertawakan diri sendiri agar bisa menjadi lebih baik,” katanya.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved