Kisah Mahasiswa di Jogja Jadi Dukuh Kajor Sleman, Usia Baru 20 Tahun, Bertekad Bawa Perubahan
Mahasiswa semester 3 Program Studi Psikologi Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta itu pun mengisahkan awal mula ia menjadi Dukuh Kajor.
TRIBUNJOGJA.COM - Di usia yang baru 20 tahun, Sito Apri Nurrochim tidak hanya berstatus mahasiswa, tetapi juga merupakan seorang dukuh. Pemuda kelahiran April 2005 ini kini menjabat sebagai Dukuh Kajor, Kalurahan Nogotirto, Kapanewon Gamping, Kabupaten Sleman.
Sebutan Dukuh tak lain adalah sebutan untuk perangkat desa yang memimpin sebuah dusun atau kampung di bawah kepala desa.
Wilayah yang dipimpin seorang dukuh secara administratif setingkat dusun/kampung yang berada di bawah desa atau kelurahan.
Mahasiswa semester tiga Program Studi Psikologi Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta itu pun mengisahkan awal mula ia menjadi Dukuh Kajor.
Ditemui Kompas.com di kantor Kalurahan Nogotirto, Jumat (24/10/2025), mahasiswa yang akrab dipanggil Sito itu pun bercerita bahwa sebelum jadi dukuh, ia semula juga bekerja sebagai barista.
Sito kini bukanlah dukuh biasa. Ia menjadi dukuh termuda di Padukuhan Kajor, sebuah tanggung jawab besar yang ia emban berkat dorongan dari warga, tokoh masyarakat, dan keluarganya.
“Awalnya saya ditawari teman, rekan-rekan kalurahan, tokoh masyarakat, dan warga untuk maju sebagai dukuh,” ujar Sito saat ditemui di kantor Kalurahan Nogotirto, Jumat (24/10/2025).
Perjalanan Sito menuju jabatan dukuh tidaklah mudah. Awalnya, ia ragu menerima tawaran tersebut. Butuh beberapa hari baginya untuk meyakinkan diri.
Selain restu orangtua, ada pula dorongan kuat dari kakaknya yang kini menjabat sebagai Jogoboyo, menjadi penyemangat utama.
“Kakak saya yang paling mendorong, bilang pokoknya harus mendaftar. Orangtua, warga, dan tetangga juga mendukung,” kenang dia.
Pada Juli 2025, Sito memberanikan diri mendaftar sebagai calon dukuh. Ia bersaing dengan empat kandidat lain yang usianya jauh lebih tua, bahkan mendekati 30 tahun.
Proses seleksi pun ketat, dimulai dari pengumpulan dukungan 15 persen warga. Sito tak segan mendatangi rumah warga satu per satu untuk meminta dukungan dan restu.
“Saya sowan langsung ke warga, minta KTP mereka untuk dukungan,” ungkap dia.
Seleksi berlanjut dengan tes tulis, wawancara, pidato, hingga ujian keterampilan komputer.
Tantangan terbesar bagi Sito adalah pidato berbahasa Jawa, sesuatu yang belum ia kuasai sepenuhnya.
Meski begitu, di sela-sela kesibukannya sebagai mahasiswa dan barista di sebuah kedai kopi di Yogyakarta, Sito berlatih keras.
“Tesnya digelar dalam satu hari, nilai tertinggi yang lolos. Alhamdulillah, saya dapat poin tertinggi,” ujarnya bangga.
Pada 6 Oktober 2025, Sito resmi dilantik sebagai Dukuh Padukuhan Kajor.
“Pertama kaget, nggak nyangka bisa jadi dukuh. Ini amanah besar dari warga,” kata dia.
Kini, hidup Sito semakin padat. Selain kuliah, ia mulai aktif melayani warga, dari urusan surat-menyurat hingga menghadiri pertemuan RT dan kegiatan PKK.
Untuk fokus pada tanggung jawab baru ini, Sito memutuskan berhenti dari pekerjaannya sebagai barista.
“Saya pikir, kuliah dan jadi pamong sudah cukup. Barista saya tinggalkan,” tutur dia.
Candaan warga agar cari Bu Dukuh
Meski masih muda, Sito tak kesulitan menjalin komunikasi dengan warga, termasuk para sesepuh.
“Mereka terbuka, bahkan kadang memanggil saya ‘Pak’. Saya bilang, nggak usah, tapi ya monggo saja,” ujarnya sambil tertawa.
Ia juga kerap mendapat candaan dari warga dan teman-temannya untuk segera mencari “ibu dukuh” alias istri.
Namun, Sito yang lahir pada April 2005 ini memilih fokus menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu.
“Tunggu kuliah selesai dulu, baru mikir yang lain,” katanya santai.
Sebagai dukuh, Sito bertekad membawa perubahan positif di Padukuhan Kajor, yang terdiri dari tiga dusun: Guyangan, Kenteng, dan Kajor.
Ia ingin memanfaatkan potensi lokal, seperti kesenian bregodo, tari, jatilan, jemparingan, dan UMKM pembuatan ketupat, untuk mengembangkan desa wisata.
“Saya ingin coba inovasi, mungkin digitalisasi atau teknologi, supaya warga lebih mudah. Potensi budaya dan ekonomi di sini besar,” ungkap dia penuh semangat.
Meski tanggung jawabnya berat, Sito tetap rendah hati. Ia menegaskan, dirinya bukan pejabat, melainkan pelayan masyarakat.
“Intinya, bisa bermanfaat untuk warga. Itu poin terbesar,” sebut dia.
Sumber: https://yogyakarta.kompas.com/read/2025/10/25/160159478/cerita-sito-mahasiswa-di-sleman-jadi-dukuh-di-usia-20-tahun?page=all#page2.
| Ribuan Pedagang Dipastikan Bakal Tempati Pasar Godean Mulai 29 Oktober 2025 |
|
|---|
| Sekolah di Kota Yogyakarta Dukung Wacana Bahasa Portugis Masuk Kurikulum, Ini Alasannya |
|
|---|
| Wisatawan Korea Melonjak! Yogyakarta Jadi Salah Satu Tuan Rumah Wonderful Indonesia Wellness 2025 |
|
|---|
| Dinsos DIY Tangani Kasus Bayi yang Ditemukan di Sleman, Utamakan Perlindungan Sosial |
|
|---|
| Business Matching Jadi Puncak Inkubasi Bisnis Kawula Muda DIY, Peserta Dipertemukan dengan Investor |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.