Pemkot Yogyakarta Targetkan Reduksi 60 Ton Timbulan Sampah Per Hari Melalui Gerakan 'Mas JOS'

Perubahan perilaku masyarakat menjadi kunci utama dalam strategi jangka panjang menuju kemandirian pengelolaan sampah di tingkat kelurahan.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
TRC MAS JOS: Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menjajal langsung armada pengangkut yang dialokasikan untuk layanan TRC Mas Jos, di Balai Kota Yogyakarta, Senin (22/9/25). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pemkot Yogyakarta mematok target  pengurangan volume sampah harian hingga 60 ton per hari pada akhir 2025 mendatang.

Target ambisius itu didorong melalui gerakan 'Masyarakat Jogja Olah Sampah' (Mas JOS), yang berfokus pada pemilahan sampah organik langsung dari tingkat rumah tangga.

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menegaskan, perubahan perilaku masyarakat menjadi kunci utama dalam strategi jangka panjang menuju kemandirian pengelolaan sampah di tingkat kelurahan.

Alhasil, pihaknya pun secara masif mengajak dan menggerakkan warga masyarakat untuk memilah dan mengelola sampah sejak dari sumbernya.

"Rekonstruksi sosial itu butuh proses, tapi harus terus dilakukan. Mas JOS ini bukan sekadar ajakan, karena Pemkot juga membangun sistem dan memfasilitasi hingga tingkat rumah tangga," ujarnya, Selasa (14/10/2025).

Sejauh ini, kemampuan pengolahan sampah Kota Yogyakarta melalui deretan UPS yang dimiliki Pemkot baru sekitar 190 ton per hari, dari total timbulan sampah yang masuk ke depo. 

Dengan gerakan Mas JOS, pihaknya berupaya memastikan hanya sampah residu saja yang diboyong menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA). 

Untuk memperlancar gerakan tersebut, Pemkot tidak sekadar mengandalkan kesadaran publik semata, namun juga menyediakan sarana pendukung.

Antara lain, sebanyak 1.200 penggerobak difasilitasi masing-masing dengan dua ember khusus untuk menampung sampah organik sisa dapur atau sisa makanan.

Seluruh perangkat daerah pun turut dilibatkan untuk membina 45 kelurahan, dengan mengadakan edukasi pemilahan sampah dan memfasilitasi galon bekas sebagai wadah sampah organik.

Kemudian, Pemkot Yogyakarta juga sedang menyiapkan tempat transit di setiap kelurahan, yang berfungsi sebagai lokasi pemilahan ulang oleh penggerobak sebelum dibawa ke depo atau TPA, guna memastikan tidak ada material yang seharusnya bisa dimanfaatkan ikut terkirim.

"Pemilahan kembali di tempat transit sangat diperlukan untuk menekan jumlah sampah yang dibawa ke depo. Tidak dipungkiri, masih ada plastik atau bahan lain yang sebenarnya bisa dibersihkan dan dimanfaatkan," tandasnya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Rajwan Taufiq, menyebut, capaian awal program pemilahan sampah organik cenderung cukup memuaskan. 

Dari total 1.200 penggerobak yang telah difasilitasi, setidaknya minimal satu penggerobak diharapkan bisa membawa satu ember khusus sampah organik.

"Sampai hari ini sudah terkumpul 646 ember dengan total sampah organik 16,15 ton. Tapi, target kami bisa mencapai 25 ton dari seribu ember," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved