Budayawan Achmad Charris Zubair Berharap Plengkung Gading Dibuka Lagi, Ini Alasannya
Plengkung Gading merupakan bangunan gapura berbentuk melengkung yang berdiri di sisi selatan Kraton Ngayogyakarta.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Bangunan Plengkung Gading, Kota Yogyakarta, ditutup total sejak 15 Maret 2025 karena faktor kerusakan dan butuh penanganan menyeluruh.
Sebagai informasi, Plengkung Gading merupakan bangunan gapura berbentuk melengkung yang berdiri di sisi selatan Kraton Ngayogyakarta.
Penutupan itu punmendapat sorotan dari budayawan Achmad Charris Zubair, dalam Dialog Budaya bertema 'Sumbu Filosofi dalam Pusaran Zaman Sebuah Transformasi Nilai', Senin (15/9/2025).
Pada kesempatan tersebut, ia menyampaikan, bahwa sudah seharusnya Plengkung Gading dibuka lagi untuk akses keluar-masuk masyarakat, ketika proses konsevasi rampung.
"Mestinya harus dibuka, karena Plengkung Gading menjadi gambaran perjalanan hidup manusia. Kalau alasannya teknis, aksesnya bisa dibatasi, khusus untuk pejalan kaki, misalnya," katanya.
Charris menjelaskan, sebagaimana kerajaan-kerajaan di Jawa, konsep penataan Kota Yogyakarta sebenarnya tidak hanya mengacu Catur Gatra, tetapi juga Sangkan Paraning Dumadi.
Namun, merujuk catatan sejarah, perlawanan terhadap konsep Sangkan Paraning Dumadi sudah terjadi sejak zaman penjajahan Belanda.
"Seiring dinamika zaman, segala sesuatu diukur atas dasar angka-angka, dan konsep Catur Gatra pun berubah. Alun-alun sudah dipagari. Hanya pasar dan masjid yang masih berfungsi," terangnya.
Baca juga: Plengkung Gading Ditutup Akibat Penurunan Struktur, Ini Nasib Plengkung Wijilan
Narasumber lainnya, Arya Aryanto, pegiat ekonomi dan pariwisata di Yogyakarta, mengaku bangga dengan penetapan sumbu filosofi sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.
Namun, rata-rata sejawatnya menyebut, kebijakan penutupan Plengkung Gading membuat ruang gerak aktivitas pariwisata semakin terbatas.
"Kami tidak bisa menolak kebijakan, dengan segala keterbatasan kami harus survive. Pelaku usaha memang harus terus berpikir agar bisa bertahan dan menggerakkan roda perekonomian," ucapnya.
Sementara akademisi dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Arin Mamlakah, menuturkan, bahwa sumbu filosofi sejatinya sangat menarik.
Namun, di tengah pusaran zaman dan struktur demografi masyarakat Indonesia yang didominasi Gen Z, internalisasi tata nilai tentang tata ruang Yogyakarta itu belum terserap secara baik.
"Kami coba komunikasi ke generasi muda. Yang mereka tahu, berfoto di Tugu Pal Putih, kemudian ke Malioboro dan Alun-alun Kidul. Kandang Menjangan masih ada yang tidak tahu," ucapnya. (*)
Plengkung Gading Ditutup Akibat Penurunan Struktur, Ini Nasib Plengkung Wijilan |
![]() |
---|
Plengkung Gading Ditutup, Tak Ada Anggaran Pengadaan Lampu Lalu Lintas di Simpang Mantrigawen |
![]() |
---|
Plengkung Gading Tutup: Jalan Menuju Njero Beteng tapi Sultan Jogja Tak Boleh Sembarangan Melintas |
![]() |
---|
Penutupan Plengkung Gading, Warga dan Pelaku Usaha Alkid Khawatirkan Dampaknya |
![]() |
---|
Alasan Pemerintah Tutup Total Plengkung Gading |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.