Mahasiswa Amikom Meninggal Setelah Demo

Soal Kematian Rheza Sendy, Kapolda DIY: Kepolisian Minta Autopsi, Pihak Keluarga Menolak

Kapolda DIY, Irjen Pol Anggoro Sukartono, menegaskan sejak awal justru kepolisian mengusulkan autopsi dilakukan, namun keluarga menolak.

TRIBUNJOGJA.COM/ HANIF SURYO
TEMUI SULTAN - Kapolda DIY Irjen Pol Anggoro Sukartono ditemui seusai pertemuan bersama Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X dan Komandan Korem 072/Pamungkas Brigjen TNI Bambang Sujarwo di Gedhong Wilis, Kompleks Kepatihan, Selasa (2/9/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) membantah isu yang menyebut keluarga mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta, Rheza Sendy Pratama, dipaksa menandatangani surat pernyataan untuk tidak menuntut atau menolak autopsi.

Kapolda DIY, Irjen Pol Anggoro Sukartono, menegaskan sejak awal justru kepolisian mengusulkan autopsi dilakukan, namun keluarga menolak.

“Saya belum mendengar itu (terkait surat pernyataan). Harus ditanya sama keluarganya. Justru pada saat kejadian kami meminta untuk dilakukan autopsi, keluarga menolak,” kata Anggoro di Gedhong Wilis, Kompleks Kepatihan, Selasa (2/9/2025).

Anggoro menjelaskan, berdasarkan kronologi, Rheza pertama kali dievakuasi dalam kondisi lemah akibat gas air mata saat unjuk rasa di Mapolda DIY pada Minggu (31/8/2025).

Korban sempat ditangani tim kedokteran kepolisian sebelum dipindahkan ke RSUP Dr Sardjito.

"Jadi korban itu diambil dari TKP, dibawa ke dalam untuk diselamatkan. Karena kondisinya dalam keadaan lemah, jadi diangkat, dibawa.  Karena situasi gas air mata semua, rekan-rekan bisa lihat posisinya. Kemudian dibawa ke dalam, ditangani oleh kedokteran, kepolisian di dalam. Nah nanti dari sana bisa diketahui, disana dibawa menggunakan ambulans, tapi bukan ambulans kita karena situasi kita tidak bisa keluar. Nah kita pinjam (ambulans) dari Sardjito dan diantar ke Sardjito," ujarnya.

Menurut Anggoro, situasi saat itu dalam kondisi chaos.

"Tapi dalam situasi chaos seperti itu, ada enam yang diamankan. Ada yang luka bacok dan hari ini masih hidup. Jadi enam orang yang diamankan termasuk almarhum, itu kecepatan kita bagaimana menolong mereka membawa ke rumah sakit," ujarnya.

"Pertolongan pertama di kami, sudah kami lakukan. Tapi situasi kita lihat bagaimana perusuh itu datang ke tempat kami," tambahnya.

Baca juga: Sudah Ikhlas, Ayah Rheza Sendy Pratama Tidak Ingin Jenazah Putranya Diautopsi 

Di sisi lain, keluarga Rheza masih diliputi duka mendalam atas kepergian putra sulung mereka.

Ayah korban, Yoyon Surono, mengisahkan bagaimana ia dan istrinya pertama kali mendapat kabar bahwa Rheza berada di rumah sakit.

“Awalnya, saya hanya mendapat kabar putra saya berada di rumah sakit. Saya dan istri pun bergegas ke RSUP Dr Sardjito. Kabarnya, Rheza terkena gas air mata. Dipikiran saya, Rheza hanya terluka dan diinfus. Namun, sesampainya di sana, seluruh tubuh putra saya sudah ditutup kain. Tangis saya pun pecah saat pihak rumah sakit memintanya untuk membuka kain guna memastikan identitas,” ujarnya dengan terisak.

Yoyon mengaku sempat tidak percaya ketika melihat kondisi putranya.

“Itu anak saya, anak yang saya besarkan. Saya kondisi sudah ngeblank, saya pikir anak saya cuma diinfus atau apa. Istri saya syok. Waktu sudah agak reda baru dipanggil dokter, bilang (Rheza) dianter (ke RSUP Dr Sardjito) Polda. Dia (Rheza) sudah dalam kondisi seperti itu (penuh luka),” katanya.

Ia menambahkan, sempat ada harapan putranya selamat saat tiba di rumah sakit.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved