Kesaksian Pembuat Jembatan Apung Sungai Progo, Bisa Dilintasi Kendaraan Berbobot Sekitar Satu Ton
Ia dan dua rekannya sengaja membuat jembatan apung tersebut untuk mempermudah akses mobilitas.
Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Sejumlah warga di DI Yogyakarta membuat jembatan apung dengan panjang sekitar 70 meter dan lebar 2,5 meter di atas Sungai Progo yang menghubungkan Kamijoro, Kalurahan Sendangsari, Kapanewon Pajangan, Kabupaten Bantul, dengan Temben, Kalurahan Ngentakrejo, Kapanewon Lendah, Kabupaten Kulon Progo.
Salah satu pembuat jembatan apung, Sudiman (34), warga Temben, mengatakan, bahwa ia dan dua rekannya sengaja membuat jembatan apung tersebut untuk mempermudah akses mobilitas.
Apalagi, sebagai pengusaha tahu, Sudiman memerlukan akses jalan yang cepat dari rumahnya ke tempat jualan di area Jogja.
"Tertarik membuat jembatan, tujuannya supaya kalau mau jualan tahu ke Jogja bisa cepat. Karena, selama ini kan lewat Jembatan Bantar. Jadi, kalau lewat jembatan apung ini bisa menghemat sekitar 30 menit waktu perjalanan dari rumah ke tempat usaha," katanya, kepada awak media, di jembatan apung, Selasa (19/8/2025).

Ia bersama dua rekannya yang pengusaha lantas membuat jembatan apung. Di mana, satu rekannya merupakan pengusaha tahu dan satu lagi pengusaha selain tahu.
Pembuatan jembatan apung itu pun memakan dana senilai Rp150 juta dengan waktu pembuatan sekitar dua bulan. Proses pembuatan apung dilakukan dengan mempekerjakan orang yang ahli dalam profesinya.
"Jembatan ini dibuat dari besi dan kayu. Lalu, di bagian bawah dipasang drum. Kayunya ada banyak banget ini. Beli kayu juga enggak per biji, tapi per kubik. Jembatan apung itu ya dapat menampung bobot sekitar satu ton," tutur dia.
Kendati demikian, pihaknya tidak mempermasalahkan apabila jembatan tersebut terendam air saat hujan dan debit air meningkat. Sebab, pihaknya sudah memikirkan risiko tersebut.
Lebih lanjut, Sudiman menyampaikan bahwa masyarakat yang mengakses jalan itu akan dikenakan tarif yakni Rp10 ribu per kendaraan roda empat dan Rp2 ribu per kendaraan sepeda motor. Penarikan tarif diberlakukan untuk perawatan jembatan apung.
Ternyata, jembatan tersebut cukup banyak dilewati oleh kendaraan bermotor. Apalagi untuk masyarakat yang memiliki kepentingan untuk bekerja. Masyarakat yang lewat jembatan itu merasakan efisiensi waktu.
"Sebenarnya di dekat jembatan apung ini ada jembatan lain. Tapi, jembatan itu enggak bisa dilewati sama kendaraan mobil. Jadi, kalau mobil mau lewat kudu meter dulu dan itu waktunya sekitar 30 menit," papar Sudiman.
Sementara itu, Jono (40), warga Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, baru mencoba lewat jembatan apung tersebut setelah mendapatkan kabar dari mulut ke mulut. Sebab, jembatan apung tersebut baru dibuka sekitar tiga hari terakhir.
"Dengan adanya jembatan ini, saya jadi senang. Adanya jembatan ini, saya bisa mempersingkat waktu bekerja. Saya kan biasanya ambil limbah gergaji buat bahan bakar masak tahu," tuturnya.
Titik (34), warga Kapanewon Lendah, Kabupaten Kulon Progo, turut mengaku senang dengan adanya kehadiran jembatan apung. Ia pun sudah dua kali melintasi jembatan apung itu.
"Tadinya saya takut, lewat jembatan apung pakai sepeda motor. Tapi, ternyata enggak apa-apa, aman-aman saja. Terus sebelumnya kalau dari rumah ke Bantul itu harus lewat Jembatan Kamijoro. Jadi ini sangat membantu efisiensi bahan bakar dan waktu," ujar dia.(nei)
PSIM Yogyakarta Benahi Finishing Jelang Hadapi Persib Bandung, Ini Penjelasan Van Gastel |
![]() |
---|
Serie A Enilive: Inter Milan Menyerah Kejar Tanda Tangan Ademola Lookman |
![]() |
---|
Hujan Deras 30 Menit, Genangan Air Selutut Orang Dewasa Muncul di Jalan Menteri Supeno Jogja |
![]() |
---|
Kronologi Pembatalan Sewa Gedung UC UGM untuk Soft Launching Buku Jokowi versi Roy Suryo dan UGM |
![]() |
---|
Bantu Stabilitas Harga, Polres Kulon Progo Gelar Pasar Murah Hingga Ikut Salurkan Beras SPHP |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.