Bukan Sekadar Bantuan, Pemda DIY Ubah Strategi Atasi Kemiskinan

Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah penduduk miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencapai 425.820 orang

PEXELS/Defrino Maasy
ILUSTRASI 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Meski jumlah penduduk miskin DIY menurun, pemerintah masih menghadapi tantangan budaya dalam memberantas kemiskinan secara menyeluruh.

Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah penduduk miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencapai 425.820 orang atau 10,23 persen dari total populasi. 

Jumlah ini menurun 4.700 orang dibandingkan periode September 2024, namun angka tersebut tetap lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 8,47 persen.

Pemda DIY tidak tinggal diam.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Riset dan Inovasi Daerah (Baperida) DIY, Ni Made Dwi Panti, menyatakan penanganan kemiskinan dilakukan secara lintas sektor, tidak lagi terpaku pada bantuan semata.

“Kroyokan modelnya. Tidak lagi model kita kasih bantuan permakanan saja,” ujar Ni Made.

Kolaborasi antar-Organisasi Perangkat Daerah (OPD) mencakup pendidikan lewat beasiswa, kesehatan melalui pencegahan stunting, perbaikan rumah tidak layak huni (RTLH), hingga pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Dinas Perlindungan Perempuan, Pemberdayaan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY.

Pendekatan ini juga menargetkan kelompok miskin ekstrem agar dapat mandiri secara ekonomi.

“Kita bantu (permakanan) untuk yang miskin ekstrem, tapi bagaimana mereka juga bisa berdaya, mampu hidup tidak ketergantungan lagi,” tegas Ni Made. 

“Sehingga mempunyai kemampuan untuk hidup dan memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya seperti pendidikan, kesehatan dan sebagainya,” imbuh dia.

Baca juga: Dua Dalang Cilik Asal Kulon Progo Akan Wakili DIY di Festival Tingkat Nasional

 

Meski strategi terpadu ini terus digalakkan, Ni Made mengungkapkan bahwa karakteristik budaya masyarakat turut memengaruhi stagnasi angka kemiskinan.

Ia menyoroti metode pengukuran BPS yang berbasis konsumsi 2.100 kalori per hari.

“Ukuran kemiskinan BPS adalah bicara konsumsi 2.100 kalori. Kalau orang tua kita makannya cuma satu kali sehari sudah cukup. Orang tua kita punya kebiasaan budaya yang mungkin prihatin, memang begitu pola hidupnya. Padahal dia punya sapi, kebun,” jelasnya.

Dengan pendekatan multidimensional poverty index yang memperhitungkan indikator pendidikan, kesehatan, dan pendapatan, kondisi DIY dinilai relatif baik.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved