5 Fakta Menarik Kwik Kian Gie Ekonom yang Meninggal Hari Ini Senin 28 Juli 2025 di Usia 90 Tahun

Kwik Kian Gie, mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Menko Ekuin), meninggal dunia pada Senin, 28 Juli 2025

Kompas.com
Kwik Kian Gie bersama Sandiaga Uno saat masih menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta 

TRIBUNJOGJA.COM - Indonesia kehilangan salah satu tokoh penting dalam sejarah ekonomi dan politik nasional.

Kwik Kian Gie, mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Menko Ekuin), meninggal dunia pada Senin, 28 Juli 2025 pukul 22.00 WIB di RS Medistra, Jakarta, dalam usia 90 tahun.

Kabar duka ini dikonfirmasi oleh politikus senior PDI Perjuangan, Andreas Hugo Pareira, pada Selasa (29/7/2025). 

“Ya betul, 28 Juli 2025 sekitar pukul 22.00 WIB, dalam usia 90 tahun,” ujarnya seperti yang dikutip Tribunjogja.com dari laman Kompas.com.

Menurut keterangan politikus PDI-P lainnya, Hendrawan Supratikno, Kwik telah menjalani perawatan intensif selama dua bulan terakhir akibat gangguan sistem pencernaan. 

“Selama ini beliau selalu mengeluh tentang pencernaannya yang sering terganggu,” ungkapnya.

Jenazah almarhum kini disemayamkan sambil menanti kedatangan anggota keluarga, termasuk putri keduanya yang masih dalam perjalanan dari London ke Jakarta.

1. Riwayat Hidup dan Pendidikan Kwik Kian Gie

Lahir di Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, pada 11 Januari 1935, Kwik Kian Gie dikenal sebagai pribadi yang cerdas dan visioner. 

Setelah menyelesaikan pendidikan menengah di Indonesia, ia sempat menempuh kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) selama satu tahun.

Tahun 1956, ia melanjutkan studi ke Nederlandsche Economische Hogeschool Rotterdam (sekarang Erasmus Universiteit Rotterdam), Belanda, dan lulus pada tahun 1963. 

Pendidikan tinggi di Eropa membentuk cara pandangnya terhadap ekonomi kerakyatan dan prinsip keadilan sosial.

Baca juga: Profil Kwik Kian Gie, Mantan Menko Ekuin yang Meninggal Senin Malam

2. Karier Pemerintahan: Menteri di Era Gus Dur dan Megawati

Nama Kwik Kian Gie mencuat di panggung nasional saat menjabat sebagai Menko Ekuin pada pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) periode 1999–2000. 

Ia dikenal sebagai menteri yang vokal, jujur, dan tidak ragu mengkritik kebijakan ekonomi yang dianggap tidak berpihak pada rakyat.

Pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, Kwik kembali dipercaya sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas (2001–2004). 

Atas pengabdiannya, ia dianugerahi Bintang Mahaputra Adipradana pada tahun 2005.

3. Kiprah Politik: Setia pada Jalur Kritis dan Berintegritas

Kwik Kian Gie bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) sejak 1987. 

Ia langsung dipercaya sebagai anggota Badan Pekerja MPR RI, dan kemudian aktif dalam berbagai posisi penting di partai, termasuk sebagai Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan DPP PDI-P (2000–2005).

Meski dekat dengan elite politik, Kwik Kian Gie tetap menjaga jarak dari praktik kekuasaan pragmatis. 

Ia dikenal luas sebagai ekonom independen yang kritis terhadap kebijakan ekonomi neoliberal, bahkan ketika berada di dalam pemerintahan.

4. Dedikasi di Dunia Pendidikan: Mendirikan Sekolah Bisnis dan Institut

Tak hanya di politik, dedikasi Kwik juga besar dalam bidang pendidikan. Pada tahun 1954, ia mendirikan SMA Erlangga Surabaya. Tahun 1982, bersama Prof. 

Panglaykim, Kwik Kian Gie mendirikan Institut Manajemen Prasetiya Mulya, sekolah MBA pertama di Indonesia.

Kemudian pada 1987, bersama Djoenaedi Joesoef dan Kaharuddin Ongko, ia mendirikan Institut Bisnis dan Informatika Indonesia (IBII), yang kini dikenal sebagai Kwik Kian Gie School of Business. 

Ia juga tercatat sebagai pengurus Yayasan Trisakti sejak 1968.

Baca juga: Berita Duka: Ekonom Senior Kwik Kian Gie Meninggal di Usia 90 Tahun

5. Warisan dan Pandangan: Ekonomi untuk Rakyat Kecil

Kwik Kian Gie dikenal sebagai sosok yang berani menyuarakan kebenaran, meski tak selalu sejalan dengan arus utama. 

Ia kerap mengkritisi kebijakan ekonomi yang dianggap terlalu liberal dan tidak berpihak pada rakyat kecil.

Gagasannya tentang ekonomi kerakyatan, kemandirian nasional, dan pembangunan berbasis keadilan sosial masih relevan hingga kini. 

Banyak ekonom muda dan pembuat kebijakan yang merujuk pada pemikirannya.

( Tribunjogja.com / Bunga Kartikasari )

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved