Tragedi Laut Beruntun, KNKT Ungkap Problem di Pelabuhan
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono mengungkap, ada sejumlah permasalahan
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Transportasi laut di Indonesia masih menghadapi sejumlah persoalan. Sebelum kecelakaan KM Barcelona V pada 20 Juli 2025, ada kecelakaan transportasi laut lainnya, yang bukan hanya menimbulkan kerugian materi tetapi juga menyebabkan jatuhnya banyak korban jiwa.
Misalnya insiden Kapal Penumpang Motor (KMP) Tunu Pratama Jaya. Hingga operasi pencarian dihentikan, berdasarkan data manifest kapal motor penumpang yang berlayar dari Pelabuhan Ketapang menuju Gilimanuk itu, membawa 65 penumpang.
Sebanyak 30 orang selamat, 19 meninggal dunia dan 4 belum teridentifikasi sedangkan korban dinyatakan hilang 16 orang.
Baca juga: Selidiki Penyebab Kebakaran KM Barcelona V, KNKT Pelajari Keterangan Saksi
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono mengungkap, ada sejumlah permasalahan yang berkaitan dengan keselamatan transportasi laut.
Hal tersebut menurutnya sudah disampaikan kepada Komisi V DPR-RI. Ia mencontohkan, permasalahan yang dihadapi mulai dari cuaca, kelaiakan kapal hingga problem pengawasan ketika kapal hendak berangkat berlayar.
"Banyak hal yang perlu diperbaiki di penyeberangan ini. Termasuk masalah kelaiakan kapal harus diyakinkan betul, bahwa ketika berangkat, garis muat atau plimsoll mark itu tidak boleh tenggelam. Itu penting," kata Soerjanto saat berkegiatan di Sleman, Yogyakarta, Kamis (24/7/2025).
Permasalahan lain, kata Soerjanto, muatan barang di dalam kapal harus diamankan dengan cara diikat atau lashing. Akan tetapi jika prosedur ini diterapkan, maka konsekuensinya menambah waktu sandar kapal sehingga otomatis kapasitas pelabuhan akan turun.
Ia memberikan gambaran. Saat ini, jika tanpa prosedur lashing maka waktu sandar kapal untuk bongkar dan muat sekira 30-40 menit. Agar muatan mobil tidak bergeser maka sesuai peraturan harus dilakukan lashing atau pengikatan. Prosedur ini penting untuk menjaga muatan tetap pada posisinya. Sebab jika muatan bergeser maka dapat mengganggu stabilitas kapal,-yang dalam beberapa kasus,- akibat muatan
bergeser menyebabkan masuknya air ke lambung dan kapal terbalik.
"Tidak dilashing pun kapasitas pelabuhan sudah pas pasan dengan waktu sandar 30-40 menit. Kalau dilashing membutuhkan waktu 1,5 jam untuk setelah dilasing kapalnya bergerak," ungkap dia.
Bukan hanya itu, sebelum berlayar, setelah dilashing kapal juga harus dihitung stabilitasnya. Prosedur ini membutuhkan tambahan waktu 20 menit. Artinya, jika sesuai ketentuan prosedur maka waktu sandar kapal akan jauh lebih lama. Hal ini otomatis berdampak pada standar pelayanan minimum kapasitas dari dermaga.
"Nah ketika kita menerapkan aturan aturan, berdampak pada antrean panjang. Ini yang juga tidak mudah untuk menyelesaikan masalah yang ada saat ini. Karena dalam perhitungan kapasitas pelabuhan saat ini, itu tidak diperhitungkan waktu untuk pelashingan dan waktu untuk perhitungan stabilitas," ujar Soerjanto.
Belum lagi, ditambah fakta bahwa belum semua pelabuhan mempunyai alat timbang kendaraan. Padahal untuk mengetahui perhitungan stabilitas, awak kapal membutuhkan data berat kendaraan yang akan diangkut. Bagaimana awak kapal akan menghitung stabilitas jika tidak ada informasi berat kendaraan yang diangkut. Itu menjadi persolaan sendiri di pelabuhan yang saat ini masih dihadapi.
"Perlu diketahui, stabilitas kapal adalah yang vital. Jadi kalau kapalnya diberangkatkan, istilahnya stabilitasnya pas pasan, begitu terkena ombak, ya dia miring dan tidak bisa kembali lagi," kata Soerjanto.
"Tapi kalau (prosedur) itu diterapkan semua, maka antreannya nanti (pelabuhan) Merak - Bakauheni akan jadi panjang. Nah antisipasinya apa, harus nambah dermaga. Supaya ketika diberangkatkan kapal dalam kondisi laiak," imbuh dia.
Kapal bisa dikatakan laiak berlayar ketika sejumlah unsur terpenuhi. Yaitu secara teknis, administrasi, cuaca hingga kru kapal semuanya dalam keadaan bagus. Soerjanto mencontohkan, kapal kondisinya bagus tetapi krunya tidak bagus, maka kapal dianggap tidak laiak berlayar. Kapal bagus, kru bagus tetapi cuaca tidak bagus juga tidak laiak.
Bupati Klaten Berharap Bumdes Saling Kolaborasi Promosikan Potensi Daerah |
![]() |
---|
Menyelami Pemikiran 4 Ikon Jurnalis Muhammadiyah Lewat Buku 'Media & Islam Berkemajuan' |
![]() |
---|
Khawatirnya Orang Tua Siswa di Sleman Anaknya Diduga Keracunan Menu MBG |
![]() |
---|
Bendera One Piece Viral, Dosen UGM: Bentuk Kekecewaan Masyarakat |
![]() |
---|
500 Marbot Masjid di Kota Yogya Difasilitasi Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.